Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Prostitusi Online

Sosiolog UNM Ungkap Biang Kerok Perempuan Terjerat Prostitusi Online

Kecenderungan perempuan melakukan praktek prostitusi online dilandasi alasan ekonomi, hanya motifnya yang berbeda-beda.

Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Hasriyani Latif
dok pribadi/idham
Sosiolog UNM Idham Irwansyah. Terkait kasus prostitusi online yang kian marak, Idham menuturkan kecenderungan perempuan melakukan praktik prostitusi disebabkan motif ekonomi dan gaya hidup materialistik. 

TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU - Bisnis prostitusi online kian marak.

Baru-baru ini, dua mucikari dan dua selebgram Makassar dibekuk Resmob Polda Sulawesi Selatan.

Dua perempuan yang diamankan tersebut adalah korban dari prostitusi online.

Mereka diminta untuk menjadi pelayan pria hidung belang.

Tak hanya Makassar, bisnis prostitusi online juga sampai ke Belopa, Kabupaten Luwu.

Pelaku bahkan blak-blakan mengaku menjalani bisnis ini atas desakan ekonomi.

Lantas apa kata sosiolog tentang kasus prostitusi online yang kini kian marak? 

Sosiolog UNM Idham Irwansyah mengatakan kecenderungan perempuan melakukan praktik prostitusi disebabkan motif ekonomi dan gaya hidup materialistik.

"Kecenderungan perempuan melakukan praktek prostitusi saat ini dilandasi alasan ekonomi, hanya motifnya yang berbeda-beda. Ada yang memang butuh uang untuk bertahan hidup, namun ada yang motifnya materialitik atau modelling," jelasnya, Selasa (15/11/2022).

"Karena faktanya bukan hanya perempuan dari kalangan kelas menengah ke bawah, tetapi artis, selegram juga menjalani profesi ini," tambahnya.

Idham menambahkan perkembangan teknologi juga menjadi biang kerok praktek prostitusi.

Pasalnya kemajuan teknologi memudahkan penjajakan serta menghilangkan norma masyarakat sehingga menjadi permisif.

Dikatakan, perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat memberi dua pengaruh.

Pertama karena didalamnya membawa nilai-nilai baru yang akhirnya mendegradasi nilai-nilai, norma, adab perilaku yang sudah mengakar pada masyarakat kita.

Akhirnya, kata dia, lingkungan sosial menjadi permisif, tidak peduli dan lambat laun menganggap perilaku seks bebas sebagai hal yang biasa.

Kedua, munculnya berbagai aplikasi yang terkesan memfasilitasi prostitusi berlangsung tanpa adanya saringan.

"Semua umur bisa menggunakan dan mengakses atau bahkan secara terbuka menjajakan dirinya," katanya.(*)

Laporan Wartawan Tribun Timur, Muh Sauki Maulana 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved