107 Tahun PSM Makassar
Profil PSM Makassar Klub Tertua Liga 1 Indonesia Berusia 107 Tahun tapi 'Terusir' dari Rumah Sendiri
Tak sekalipun PSM Makassar terdegradasi ke kasta lebih rendah sejak klub kebanggan masyarakat Sulawesi Selatan ini berdiri sejak 1915.
Liga Indonesia
Ketika tim-tim Perserikatan digabung dengan tim-tim Galatama menjadi Liga Indonesia sejak tahun 1994, PSM selalu masuk jajaran papan atas hingga sekarang.
Setiap musim, PSM selalu diperhitungkan dan menjadi salah satu tim dengan prestasi paling stabil di Liga Indonesia.
Meski demikian, baru sekali klub ini menjadi juara yakni pada Liga Indonesia tahun 2000, dan selebihnya empat kali menjadi tim peringkat dua pada Liga Indonesia 1995/1996, 2001, 2003, dan 2004.
Saat juara Liga Indonesia PSM mencatat prestasi mengesankan dengan hanya menderita 2 kali kekalahan dari total 31 pertandingan.
Saat itu PSM mengumpulkan pilar-pilar tim nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santoso, Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Yulianto yang dikombinasikan dengan pemain asli Makasar seperti Ronny Ririn, Syamsudin Batola, Yusrifar Djafar, dan Rachman Usman, ditambah Carlos de Mello, dan Yosep Lewono.
PSM merajai pentas Liga Indonesia dengan menjuarai Wilayah Timur, dan di babak 8 besar menjuarai Grup Timur.
Di semifinal, PSM mematahkan perlawanan Persija Jakarta, sebelum mengatasi perlawanan gigih Pupuk Kaltim di final yang berkesudahan 3-2.
Sementara itu di level internasional, PSM tercatat satu kali berlaga di Piala Winners Asia dan tiga kali mewakili Indonesia di laga Liga Champions Asia.
PSM merupakan klub Indonesia yang stabil hingga saat ini. Bahkan PSM Makassar pernah menjadikan Makassar sebagai tuan rumah Perempat Final Liga Champions Asia pada tahun 2000, di mana saat itu untuk pertama kalinya Indonesia menjadi tuan rumah Perempat Final LCA yang menghadirkan klub-klub lain dari Asia Timur yakni Jubilo Iwata (Jepang), Shandong Luneng Taishan (China), dan Suwon Samsung Bluewings (Korea).
Salah satu yang menjadi ciri PSM hingga selalu menjadi tim papan atas adalah permainan keras dan cepat yang diperagakan pemainnya, dan dipadu dengan teknik tinggi.
Tak hanya itu, pemain PSM juga terkenal tangguh dan tidak cengeng dalam kondisi lapangan apa pun.
PSM juga didukung oleh regenerasi yang berkelanjutan dan melahirkan pemain-pemain andalan di tim nasional.
Tak hanya itu, kiprah para pemain di lapangan juga didukung oleh deretan pengusaha asal Sulawesi Selatan yang bergantian mengurusi PSM.
PSM Makassar yang juga dijuluki Ayam Jantan Dari Timur memiliki sekitar 24 kelompok suporter, diantaranya adalah The Macz Man, Laskar Ayam Jantan (LAJ), Mappanyuki, Ikatan Suporter Makasar (ISM), Suporter Hasanuddin, Suporter Dealos, Suporter Reformasi, Komando, Suporter Bias, Suporter Kubis, Karebosi, Gunung Lokong, Suporter PKC (Pongtiku, Kalumpang, dan Cumi-cumi, Red Gank (Pattene), KVS, Zaiger, Antang Communitty.
Liga Primer Indonesia
Pada Desember 2010, PSM Makassar memutuskan untuk mengundurkan diri dari Liga Indonesia.
PSM kemudian memutuskan untuk bergabung ke Liga Primer Indonesia dengan melakukan merger dengan Makassar City FC yang sudah lebih dulu menjadi anggota LPI.
Nama yang kemudian dipergunakan adalah PS Makassar (tetap disebut sebagai PSM Makassar dalam berbagai pemberitaan).
Liga Super Indonesia
Pada tahun 2014, PSM Makassar kembali ke Liga Super Indonesia setelah lolos play-off unifikasi liga PSSI yang pada musim 2015 berganti nama menjadi QNB League, setelah terjadi kesepakatan PT. Liga Indonesia dengan QNB Group dari Qatar.
Logo PSM
Klub sepak bola tertua di Indonesia, PSM Makassar, Jumat (14/4/2017), resmi mengganti logo.
Seremoni penggantian ikon klub sepak bola divisi utama Indonesia ini digelar di anjungan Karebosi, lapangan dan venue bersejarah tim Ayam Jantan dari Timur di Jl Ahmad Yani, Makassar.
Inilah penggantian pertana logo klub yang berdiri 2 November 1915 ini, sejak logo yang juga lambang resmi Kota Makassar itu mulai dipakai di Liga Perserikatan tahun 1951.
Kenapa manajemen PT Persaudaraan Sepakbola Makassar (PSM) mengganti logo Yang sudah dipakai hampir tujuh dekade itu?
Lalu apa cerita dibalik penggantiannya?
Pelatih PSM Makassar, Bojan Hodak bersama CEO PT PSM, Munafri Arifuddin tengah berada di salah satu hotel yang diunggah di akun Instagram pribadi Munafri beberapa waktu lalu. (Official PSM)
CEO PSM Makassar Munafri "Appi" Arifuddin (40), mencoba memberi penjelasan singkat.
Menurut Appi, sapaan akrab Munafri, penggantian logo ini lebih karena pertimbangan legal dan prospek PSM sebagai klub profesional.
Alasan yang paling utama, logo klub sangat idrntik dengan lambang resmi pemerintah Kota Makassar.
"Logo ini dipakai di era perserikatan, Di era itu, klub bola mewakili ibu kota provinsi di Indonesia.
"Coba perhatikan, lambang kota sama demgan logo klub perserikatannya, PSM, Persebaya tugu buaya dan hiu, Persija logo Monas, Persib Bandung gambar sawah, PSMS Medan padi dan kapas, Persipura pakai rumah adatnya, semuanya identik satu kebijakan sentralistik di awal masa kemerdekaan," ujarnya.
Alasan yang paling realistik jelas Appi, dalah soal legalitas dan hak cipta.
Appi mencontohkan, sebagai klub profesional, semua atribut, ornamen, merchandise, apparel, haruslah dibawa perseroan.
"Misalkan jersey original PSM ada yang palsukan, logo klub dipakai di jersey, lalu kita mau menggugat penjiplaknya. KIta kewalahan sebab logo itu buka property kita, itu milik pemkot," ujar Appi.
Alasan ketiga, adalah mengikuti tren profesionalisme industri bola global.
"Logo ini kita menyesuikan dengan selera global, makanya melalui sayembara dan melibatkan orang banyak dalam proses penentuannya," ujar alumnus Unhas ini.
Selain itu, tambahnya, logo ini juga dinilai bisa memotivasi tim dan manajemen untuk pembenahan.
Kepada Tribun di kediamannya di Jl Chairil Anwar, Makassar, Appi menjelaskan pemilihan logo baru dengan menonjolkan perisai, latar belakan bola, serta potongan depan Kapal Phinisi yang berlelayar ke depan, dianggap mewakili aspek sejarah, visi, dan kultur masyarakat Bugis-Makassar-Mandar-Toraja-Luwu.
"Ini adalah penyempurnaan dari +10 logo yang ikut sayembara sejak 2015, diskusi dengan para pihak yang melibatkan akademisi, pakar, legenda, mantan pemain, serta terbuka ke masyarakat," ujarnya.
Awal 2015 lalu, saat PT PSM berubah nama dari PT Pagolona Sulawesi Mandiri ke PT Persudaraan Sepakbola Makassar, ada diskusi di Hotel Bumi Asih, yang khusus membahas logo.
Dalam proses seleksi, melibatkan manajemen. Setelah sejumlah pertimbangan, masukan teknis dan nonteknis, penentu logo terakhir yang kita launching diputuskan Pak Sadikin Aksa (komisaris PT PSM). Pak Sadikin sarankan logonya simple, tak berat, dan ikuti tren globallah," ujarnya.