Mangrove Semen Tonasa untuk Udara Berkualitas
Berdasarkan hasil Konvensi Hukum Laut Internasional di Montego Bay, Jamaica, pada 10 Desember 1982, luas wilayah laut Indonesia 3.257.357 km persegi.
Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Saldy Irawan
Pohon mangrove yang telah dihancurkan dan digiling menjadi bubuk pakan ternak yang mengandung nutrisi sangat baik untuk pertumbuhan ternak.
Hutan mangrove juga mencegah pemanasan global, membantu dalam menghasilkan air bersih dan udara segar serta menjaga iklim dan cuaca.
Pegiat lingkungan hidup Kabupaten Pangkep, Haniah, mengatakan butuh waktu 3 sampai 6 bulan agar bibit mangrove yang baru ditanam menjadi kuat.
Jika belum sampai dikisaran waktu itu, mangrove masih berpotensi terbawa ombak.
Oleh karena itu, jelasnya, penanaman mangrove harus menggunakan teknik khusus dan memperhatikan musim ombak.
"Sebaiknya penanaman dilakukan saat ombak sedang bersahabat, yakni antara bulan Juni sampai Oktober," kata Haniah.
Seperti tanaman pada umumnya, mangrove tetap harus dirawat untuk bisa tumbuh dengan baik.
Tak hanya ditanam lalu ditinggalkan.
Haniah mengapresiasi PT Semen Tonasa yang tidak sekadar menanam mangrove.
Namun juga mempekerjakan warga sebagai perawat pohon.
“Tugas penjaga mangrove adalah menghalau sampah agar tidak mendekati pohon yang bisa menyebabkan pertumbuhan lumut di pohon mangrove itu. Hingga usia satu tahun dan tingginya sudah satu meter, pohon mangrove memang harus dirawat, " kata Haniah.
Dia berharap, bantuan pohon mangrove dari PT Semen Tonasa makin meningkatkan kesadaran masyarakat pulau termasuk pemerintah, bahwa tanggul bukan lagi satu-satunya cara mencegah abrasi dan pemecah ombak.
Dan untuk memperbaiki udara sekitar, butuh keberadaan mangrove.
"Saya berharap ke depannya pemerintah desa bisa menganggarkan (dana desa) untuk penanaman mangrove," tutupnya.(*)
