Mangrove Semen Tonasa untuk Udara Berkualitas
Berdasarkan hasil Konvensi Hukum Laut Internasional di Montego Bay, Jamaica, pada 10 Desember 1982, luas wilayah laut Indonesia 3.257.357 km persegi.
Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Saldy Irawan
TRIBUNPANGKEP.COM, PANGKEP - Indonesia negara dengan sekitar 17 ribu pulau.
Berdasarkan hasil Konvensi Hukum Laut Internasional di Montego Bay, Jamaica, pada 10 Desember 1982, luas wilayah laut Indonesia 3.257.357 km persegi.
Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof Eddy Hermawan, mengatakan, setidaknya 115 pulau sedang dan kecil di Indonesia terancam hilang atau tenggelam. Dampak dari naiknya permukaan laut lantaran mencairnya es di Kutub akibat perubahan iklim dunia.
“Yang terjadi saat ini kombinasi yang sudah airnya (laut) naik karena es mencair di Kutub dan juga penurunan tanah yang tidak bisa kita kontrol,” ujar Prof Eddy, 16 September 2021.
Mencegah hilangnya 115 pulau tersebut, BRIN merekomendasikan dua langkah.
Pertama perlu kombinasi upaya mitigasi dan adaptasi.
Yang kedua, memprioritaskan kelestarian dan keberlanjutan lingkungan dengan penanaman mangrove, reboisasi, dan menerapkan inovasi yang solutif.
Enam tahun sebelum BRIN mengeluarkan hasil penelitiannya terkait ancaman tersebut, atau sejak tahun 2015, PT Semen Tonasa secara konsisten melakukan penanaman mangrove.
Sudah 150 ribu pohon mangrove yang ditanam perusahaan semen berbasis di Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan tersebut.
Terbaru, PT Semen Tonasa menanam 15 ribu mangrove di tiga pulau dalam wilayah Pangkep.
Pada 2 Oktober 2022, menggandeng Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda ) Pangkep, komunitas pencinta lingkungan dan masyarakat, produsen semen terbesar di kawasan timur Indonesia ini, menanam 3000 mangrove di pesisir Pulau Polewali, 7000 pohon di Pulau Laiya dan 5000 pohon di Pulau Karangrang.
Dihadiri Direktur Utama PT Semen Tonasa Mufti Arimurti, Bupati Pangkep Muhammad Yusran Lalogau, Wakil Bupati Pangkep Syahban Sammana, pejabat Forkopimda Pangkep, sejumlah Kepala OPD, jajaran Band 1 PT Semen Tonasa, serta anggota Tim Reaksi Cepat Semen Tonasa.
Mufti Afimurti menyampaikan, PT Semen Tonasa sebagai bagian dari keluarga besar PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, serta sebagai bagian dari masyarakat Kabupaten Pangkep, secara konsisten melakukan berbagai hal dalam rangka menjalankan praktik bisnis yang profesional, efisien, berorientasi lingkungan serta sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik.
“Salah satu bentuk aplikasinya, perusahaan senantiasa menyelaraskan berbagai kegiatan agar sejalan dengan sustainability developmant goals atau tujuan pembangunan berkelanjutan. Dimana, tujuan pembangunan berkelanjutan ini merupakan komitmen dan upaya untuk turut serta membantu pemerintah dalam hal mensejahterakan masyarakat melalui pengentasan kemiskinan, kesenjangan sosial dan perubahan iklim,” ucap Mufti melansir sementonasa.co.id.
Bupati Pangkep, Muhammad Yusran Lalogau sangat mengapresiasi kegiatan pelestarian lingkungan yang dilakukan Semen Tonasa.
“Mewakili Pemerintah Kabupaten Pangkep, saya ingin menyampaikan terima kasih atas kontribusi PT Semen Tonasa. Kegiatan kita hari ini merupakan bukti bahwa PT Semen Tonasa sudah turut berpartisipasi dan memberikan andil mengurangi abrasi di wilayah kepulauan,” ucapnya.
General Manager Komunikasi dan Hukum PT Semen Tonasa, Andi Muhammad Said Chalik, mengatakan penanaman ratusan ribu mangrove adalah bentuk kepedulian Semen Tonasa dalam menjaga kelestarian alam.
“Hijaunya alam, baiknya kualitas air dan udara serta lestarinya flora dan fauna hanya dapat kita wariskan kepada anak cucu kita apabila kita secara konsisten dan berkelanjutan menjaga kelestarian lingkungan sejak saat ini," ucapnya di sela-sela kegiatan penanaman mangrove.
Menurut Said, penanaman mangrove secara konsisten yang dilakukan PT Semen Tonasa bagian dari program peduli ekosistem laut.
Ia mengajak seluruh masyarakat bersama-sama menjaga lingkungan, habitat, dan ekosistem lingkungan dengan baik.
“Secara khusus kepada masyarakat yang hadir hari ini, kami menitipkan mangrove ini. Tolong dijaga, tolong dirawat. Ajak anak-anak kita untuk turut peduli. Bahwa, hijau dan asrinya bumi di masa depan, ada kontribusi tangan kita di hari ini,” ujarnya.
Habitat Hewan
Berdasarkan Peta Mangrove Nasional yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2021, total luas mangrove Indonesia adalah 3.364.076 Ha.
Mangrove jenis tanaman dikotil yang hidup dihabitat air payau dan air laut.
Tumbuhan ini salah satu solusi penting mengatasi berbagai masalah lingkungan terutama kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya habitat hewan.
Kerusakan ini tidak hanya berdampak untuk hewan tapi juga untuk manusia.
Mangrove telah menjadi pelindung lingkungan yang sangat besar.
Melansir kkp.go.id, secara umum, hutan mangrove memiliki manfaat sangat besar.
Antara lain, mencegah erosi pantai, menjadi katalis tanah dari air laut, tempat paling nyaman untuk beberapa jenis mahluk hidup dan organisme serta memberikan dampak ekonomi yang luas.
Pohon mangrove bisa dipanen seperti jenis tumbuhan lain.
Selain itu, hutan mangrove dapat dijadikan alternatif pengganti makanan ternak.
Pohon mangrove yang telah dihancurkan dan digiling menjadi bubuk pakan ternak yang mengandung nutrisi sangat baik untuk pertumbuhan ternak.
Hutan mangrove juga mencegah pemanasan global, membantu dalam menghasilkan air bersih dan udara segar serta menjaga iklim dan cuaca.
Pegiat lingkungan hidup Kabupaten Pangkep, Haniah, mengatakan butuh waktu 3 sampai 6 bulan agar bibit mangrove yang baru ditanam menjadi kuat.
Jika belum sampai dikisaran waktu itu, mangrove masih berpotensi terbawa ombak.
Oleh karena itu, jelasnya, penanaman mangrove harus menggunakan teknik khusus dan memperhatikan musim ombak.
"Sebaiknya penanaman dilakukan saat ombak sedang bersahabat, yakni antara bulan Juni sampai Oktober," kata Haniah.
Seperti tanaman pada umumnya, mangrove tetap harus dirawat untuk bisa tumbuh dengan baik.
Tak hanya ditanam lalu ditinggalkan.
Haniah mengapresiasi PT Semen Tonasa yang tidak sekadar menanam mangrove.
Namun juga mempekerjakan warga sebagai perawat pohon.
“Tugas penjaga mangrove adalah menghalau sampah agar tidak mendekati pohon yang bisa menyebabkan pertumbuhan lumut di pohon mangrove itu. Hingga usia satu tahun dan tingginya sudah satu meter, pohon mangrove memang harus dirawat, " kata Haniah.
Dia berharap, bantuan pohon mangrove dari PT Semen Tonasa makin meningkatkan kesadaran masyarakat pulau termasuk pemerintah, bahwa tanggul bukan lagi satu-satunya cara mencegah abrasi dan pemecah ombak.
Dan untuk memperbaiki udara sekitar, butuh keberadaan mangrove.
"Saya berharap ke depannya pemerintah desa bisa menganggarkan (dana desa) untuk penanaman mangrove," tutupnya.(*)
