Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Jeneberang Tercemar

Berdasarkan temuan di Dermaga Daeng Tata, Jembatan Kembar, sungai terkontaminasi pula mikroplastik rata-rata 169 partikel dalam 100 liter air.

Editor: Hasriyani Latif
Dok Pribadi
Abdul Gafar Pendidik di Depertemen Ilmu Komunikasi Unhas Makassar. 

Itulah teori yang disepakati selama ini dalam berbagai bidang kehidupan kita. Namun dalam kenyataan yang kita saksikan, gesekan, sentuhan, benturan terkadang mewarnai perjalanan tersebut.

Ketidaktaatan, ketidakpatuhan, ketidakdisiplinan, pasti akan menimbulkan permasalahan bagi para pelakunya. Sebagai contoh sederhana di jalan raya.

Semua telah ditetapkan jalur masing-masing serta kecepatan yang diperbolehkan. Berani keluar dari aturan main yang sudah ditetapkan, maka pasti akan menimbulkan malapetaka.

Oleh karena itu, jangan coba bermain-main dengan aturan yang telah disepakati.

Di negeri ini kita juga sudah terbiasa dengan berbagai eksperimen, uji coba dan semacamnya yang diterapkan dalam berbagai kebijakan.

Hasil eksperimen jika tidak menimbulkan goncangan, maka eksperimen ataupun uji coba itu akan diteruskan sebagai kewajiban yang harus ditaati.

Inilah dinamika kehidupan yang bergerak disertai pergolakan kecil-kecilan.

Tetapi terkadang pergolakan itu membesar dan menyebar hingga kemana-mana. Akhir pergolakan biasanya disudahi kekisruhan hingga bentrok tanpa hasil yang memuaskan.

Kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi belakangan ini menimbulkan gerakan perlawanan dari kelompok masyarakat.

Gerakan perlawanan ini telah menimbulkan masalah di berbagai tempat. Pemerintah tampaknya memang berani dengan kebijakan tersebut. Aksi penolakan tidak direspons.

Ibarat pepatah : “Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.” Suara gemuruh dari mahasiswa yang turun ke jalan dan jeritan rakyat tidak didengarkan. Kobaran api dan kepulan asap hitam dari ban-ban bekas yang dibakar dianggap hanya tulisan indah yang tergambar di depan mata.

Kesolidan antara pemerintah dan ‘wakil rakyat’ terkadang terlihat dalam keputusan-keputusan yang dilahirkannya. Sekali-kali terlihat ‘percekcokan’ agar dimaknai adanya dinamika berdemokrasi dalam berbangsa dan bernegara. Ini adalah keteraturan atau kekacauan dalam berdemokrasi ?

Sebagai negara yang menganut Ciri demokrasi Pancasila dapat terlihat (1). Pemerintah dijalankan berdasarkan konstitusi (2). Adanya pemilu secara berkesinambungan (3). Adanya peran-peran kelompok kepentingan (4). Adanya penghargaan atas HAM serta perlindungan hak minoritas (5). Demokrasi Pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara untuk menyelesaikan masalah (6). Ide-ide yang paling baik akan diterima, bukan berdasarkan suara terbanyak.

Ada enam titik utama yang berkaitan dengan demokrasi Pancasila, apakah masih tetap relevan dengan kondisi saat ini?

Apakah negara masih tetap berperilaku secara konstitusional dalam arti keseluruhan? Jangan sampai melanggar konstitusi yang telah disepakati secara bersama sejak Indonesia merdeka, namun dibiarkan berlalu tanpa sanksi tegas.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved