G30S PKI
Keberadaan Bung Karno pada Malam G30S PKI, Enam Jenderal Diculik
Salah satu ajudan Soekarno, Kolonel Bambang Widjanarko, menuturkan keberadaan Bung Karno pada saat G30S terjadi dalam bukunya Sewindu Dekat Bung Karno
Dalam perjalanan menuju Istana Merdeka, Soekarno berpindah haluan ke rumah istri keduanya, Haryati, yang berada di Slipi.
Perpindahan tujuan itu dilakukan karena Bung Karno mendapat kabar bahwa Istana Merdeka telah dikepung pasukan tak dikenal.
Mengenai keberadaan pasukan tak dikenal itu juga diungkapkan Bambang dalam bukunya.
Menurut Bambang, pada pagi hari 1 Oktober 1965, Istana Merdeka dikelilingi pasukan bersenjata lengkap dengan kain berwarna kuning melingkar di leher.
Dari Slipi, Bung Karno kemudian mendapatkan saran agar mengungsi ke Halim Perdanakusuma.
Terkait hal ini, Bambang mengaku tidak tahu saran itu berasal dari siapa.
"Saya tidak tahu benar siapa yang menyarankan itu dan bagaimana proses sebelum saran itu disampaikan," tulis Bambang.
Sesampainya di Halim Perdanakusuma, Bung Karno diterima Panglima Angkatan Udara Omar Dhani, dan ditempatkan di rumah seorang perwira tinggi.
G30S selesai kurang dari sehari Bevins dalam The Jakarta Method (2020) menyebutkan, Soekarno tiba di Halim Perdanakusuma sekitar pukul 09.00 pagi untuk menemui perwakilan yang hendak menemuinya di Istana Merdeka beberapa jam sebelumnya.
Namun ketika Soekarno tiba di Halim Perdanakusuma, para jenderal yang akan dihadapkan kepadanya telah tewas dan mayat mereka dibuang ke sumur dekat lapangan udara.
"Untuk alasan yang masih belum sepenuhnya dapat dipahami, keenam jenderal yang ditangkap sudah tewas pada saat dia (Soekarno) tiba, tubuh mereka dibuaang di dasar sebuah sumur terbengkalai di dekat Pangkalan Angkatan Udara Halim," tulis Bevins.
"Masih belum jelas apakah Presiden Soekarno, atau bahkan anggota Gerakan 30 September yang ditunjuk untuk bertemu dengannya, tahu akan hal ini pada saat itu," lanjutnya.
Pada hari yang sama, pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) D.N. Aidit Aidit, dan beberapa anggota Pemuda Rakyat juga tiba di Halim Perdanakusuma.
Mereka berada di gedung yang berbeda, dan tidak dapat berkomunikasi langsung dengan para pemimpin G30S.
Saluran telepon di kota telah diputus, dan mereka tidak memiliki perangkat komunikasi seperti walkie-talkie atau radio.