Kalla Institute
Jelang HUT RI, Kalla Institute Tanamkan Jiwa Nasionalisme ke Siswa Sekolah Islam Athirah
Kalla Institute meggelar seminar kebangsaan bersama puluhan anak SMA di Sekolah Islam Athirah, Jl Kajoalalido, Senin (15/8/2022).
Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kalla Institute meggelar seminar kebangsaan bersama puluhan anak SMA di Sekolah Islam Athirah, Jl Kajoalalido, Senin (15/8/2022).
Sejumlah narasumber di dunia pendidikan dan kebangsaan duduk sebagai pemateri.
Ada Anggota DPRD Prov Sulsel Andi Januar Jaury Dharwis SE, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Maros Kamaluddin Nur dan Kepala Sekolah Islam Athriah Tawakkal Kahar.
Rektor Kalla Institute Syamril ST menyebut, temanya restorasi nasionalisme
"Kemajuan pesat teknologi membuat hadirnya istilah negara tanpa batas. Seolah-olah kita tidak perlu bernegara," kata Syamril ST
"Nah, akhirnya dunia bergejolak dengan perang Rusia dan Ukraina, kemudia Amerika dasn China di Taiwan," lanjutnya
Kondisi ini memantik Kalla Institute menanamkan jiwa nasionalisme ke generasi muda.
Syamril ingin anak muda bisa menamkan semangat cinta tanah air.
Anggota DPRD Prov Sulsel Andi Januar Jaury menyorot, peran media digital l dalam membangun paham nasionalisme.
Menurutnya, media digital perlu menyajikan paham nasionalisme dari berbagai pandangan.
"Di media sosial saya melihat kalau kita memiliki pandangan pasti kita akan digiring untuk mendapatkan konten-konten yang serupa. Misalnya kita bisa bicara nasionalisme maka a keluar tambahan-tambahan informasi nasionalisme yang sesuai dengan pendapat kita," kata Andi Januar Jaury
"Seharusnya kan beragam pandangan yang disajikan kepada pengguna internet untuk bisa menemukan sesuatu yang sesuai dengan identitas nasionalisme kita," sambungnya.
Baginya, media digital perlu menyajikan keragaman pendangan dan pendapat.
Sehingga, wawasan penggunanya bisa semakin luas.
Tapi, ia menilai kebebasan ruang di media sosial masih memiliki dampak negatif
"Kebebasan di media sosial membuat adanya pembauran paham. Media digital memang membuat sebagian orang kaya pengetahuan, tapi media juga seringkali menyajikan informasi disruptif," jelas Andi Januar Jaury.
Di sisi lain, Kasebangpol Maros Kamaluddin Nur menyebut, banyak hal kecil di masyarakat yang perlu diubah untuk memupuk rasa nasionalisme.
"Hari-hari nasional, seperti hari sumpah pemuda hanya dimaknai sebagai seremonial saja. Kemudian, masyarakat lebih tertarik dengan produk luar dibandingkan dalam negeri," kata Kamaluddin Nur.
"Dari sisi bahasa, banyak warga mencampurkan bahasa Indonesia dengan asing demi gengsi," lanjutnya.
Menurutnya, banyak hal sederhana yang bisa dilakukan untuk kembali merestorasi rasa nasionalisme.
Salah satunya dengan memasang bendera Indonesia di rumah.
"Sekarang dalam rangka 17 Agustus pemerintah melakukan gerakan 10 juta bendera merah putih. Itu artinya apa supaya kita cinta tanah air," jelas Kamaluddin Nur.
Hingga siang, narasumber banyak menekankan pentingnya rasa nasionalisme dalam diri.
Agar para generasi penerus bangsa bisa bangga dan membawa harum nama Indonesia hingga kancah Internasional. (*)