Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Muh Awaluddin Faturrachman

Kampus, Kekuasaan, Kapitalis, Matinya Nalar Kritis Catatan Pendidikan

Kampus merupakan jembatan peradaban menuju masyarakat otentik dalam pembangunan bangsa dan negara.

DOK PACIFIC GARDEN
Ilustrasi mahasiswa. Opini berjudul Kampus, Kekuasaan, Kapitalis, Matinya Nalar Kritis Catatan Pendidikan oleh Muh Awaluddin Faturrachman. 

Oleh : Muh. Awaluddin Faturrachman

Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan

TRIBUN-TIMUR.COM - Kampus merupakan jembatan peradaban menuju masyarakat otentik dalam pembangunan bangsa dan negara.

Begitu banyak dari para lulusan SMA/SMK pertahun mencari kampus swasta atau negeri demi menelaah pendidikan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah mahasiswa di Indonesia sebanyak 8,9 Juta orang pada tahun 2021.

Jumlah itu naik 4,1 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 8,6 Juta orang.

Hal ini wajar terjadi disebabkan proses regulasi pendidikan yang begitu terus membludak.

Namun disisi lain, saat mahasiswa sudah berada dalam lingkungan kampus, kerap kali hadir dinamika akademik yang tak masuk akal seperti persoalan administrasi, terbatasnya penggunaan fasilitas yang dapat berakhir dengan lahirnya sistem kapitalisme.

Hal ini sungguh sering terjadi dalam realitas kehidupan mahasiswa.

Pendidikan dan Kekuasaan

Proses pembelajaran yang terjadi pada kampus merupakan hal normal dalam tranformasi keilmuan dari dosen ke mahasiswa.

Namun, kekhawatiran yang kerap terjadi adalah seringkali sebuah sistem yang mendominan ideologi tertentu, membuat kaum terpelajar harus secara ‘terpaksa’ mengikuti apa yang menjadi sebuah kewajiban sistem pendidikan di lingkungan kampus tersebut. Hingga berakhir pada kecondongan pemikiran pragmatis dalam diri mahasiswa.

Semisal saat proses pembelajaran; mahasiswa dituntut agar menuntaskan materi belajar, tugas, final dsb tanpa adanya pegangan basic materi atau arahan dahulu dari dosen terkait.

Hal ini dapat melahirkan paradigma bahwa kekuatan pendidik selain sebagai pengajar juga mampu sebagai politikus kekuasaan miniatur terkecil. Paulo Freire (2016:15) mengatakan “Setiap tindakan pendidikan merupakan tindakan politik.”

Olehnya, proses pendidikan yang terjadi dalam kampus tidak terlepas dari sifat politik yang tercipta oleh pemegang kekuasaan. Jika ini terus menerus terjadi, maka pendidikan hanya menjadi pemenang bagi siapa yang memiliki kekuasaan didalamnya. Sehingga, mahasiswa hanya dapat mengikuti arus tanpa mempertanyakan sesuatu yang selalu ekstrem di lingkungan kampus.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved