Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Negara Bangkrut

Daftar Negara-negara yang Terancam Bangkrut Seperti Sri Lanka, Bagaimana dengan Indonesia?

Faktor lain yang membuat Sri Lanka krisis adalah gagal menjaga sistem produksi beras. Hal ini membuat Sri Lanka harus beli beras dengan harga tinggi

Editor: Muh. Irham
AFP/ISHARA S. KODIKARA
Para pengunjuk rasa membakar bus selama demonstrasi di luar rumah presiden Sri Lanka untuk menyerukan pengunduran dirinya di Kolombo pada 31 Maret 2022. - Pasukan keamanan dikerahkan di seluruh ibu kota Sri Lanka pada 1 April setelah pengunjuk rasa mencoba menyerbu rumah presiden di kemarahan pada krisis ekonomi terburuk bangsa sejak kemerdekaan. (Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP) 

TRIBUN-TIMUR.COM - Sri Lanka, negara kini dinyatakan sebagai negara bangrut. Negara tersebut tak bisa membayar utang luar negerinya yang menggunung. Dampak yang paling terasa adalah, tingginya harga kebutuhan pokok dan bakar minyak sulit didapatkan.

Awal mula kebangkrutan negara kecil di Asia Selatan tersebut adalah, kebijakan pemerintah yang tidak tepat sasaran pada tahun 2019 lalu.

Pemerintahan baru Sri Lanka pun ingin populis dengan menyenangkan rakyatnya melalui banyak hal.

Menurut Akademisi dan praktisi bisnis Rhenald Kasali Pemerintahan baru Sri Lanka pun ingin populis dengan menyenangkan rakyatnya melalui banyak hal.

"Sementara pada waktu itu mengalami suatu penderitaan karena harga komoditas yang dijual seperti kopi, karet, teh dan rempah rempah itu alami kemunduran harganya," ujarnya, dikutip dari YouTube Rhenald Kasali.

Sri Lanka juga membuka hubungan dengan China yang kemudian mendapat investasi besar dari pemerintah Tiongkok.

Faktor lain yang membuat Sri Lanka krisis adalah negara gagal menjaga sistem produksi beras. Hal ini membuat Sri Lanka harus beli beras dengan harga tinggi.

"Produksi beras turun, impor naik maka inflasi di Sri Lanka berkisar antara 30 % -50 % . Akibatnya Sri Lanka gagal bayar utang yang sudah jatuh tempo. Misalnya pada 2022, utang Sri Lanka harus dibayar USD8,6 miliar dengan bunga harus dibayar USD78,2 juta," kata Rhenald.

Bantuan dari lembaga pendonor seperti Dana Moneter Internasional (IMF) sulit diperoleh saking parahnya krisis keuangan negara itu.

Sri Lanka bukanlah satu-satunya negara yang dijerat masalah ekonomi serius.

Bulan lalu, Presiden Jokowi mengatakan 60 persen ekonomi negara di dunia sudah ambruk akibat pandemi Covid-19.

Sementara 42 lainnya sudah menuju ambang batas. Pernyataan Jokowi itu berdasarkan perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF).

Bukan hanya pandemi, ambruknya ekonomi negara juga disebabkan oleh krisis pangan dan krisis energi akibat kendala rantai pasok dan konflik Rusia-Ukraina.

Hal ini menyebabkan tingkat inflasi meninggi, termasuk di negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Jerman, Inggris, dan beberapa negara tetangga Indonesia yang ikut dilanda inflasi tinggi seperti Thailand dan Filipina.

Dilansir dari Associated Press, sekitar 1,6 miliar orang di 94 negara menghadapi setidaknya satu dimensi krisis pangan, energi, dan sistem finansial.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved