Opini Abdul Gafar
PePeDeBe
Bulan Juni dan Juli merupakan momen yang sangat dinanti-nantikan oleh para orang tua dan anak-anaknya.
Kecerdasan Daeng Google terkadang memang di luar pengetahuan kita.
Ada cerita yang unik dengan sistem jalur zonasi ini.
Alkisah ada seorang calon peserta didik di sekolah lanjutan atas tertolak di sekolah tersebut.
Tempat tinggal calon dengan sekolah tersebut hanya berjarak kurang lebih 1 meter saja dari dinding kelas.
Suara guru ketika mengajar masih terdengar jelas dari rumah sang calon tersebut.
Begitu pula suara siswa.
Seharusnya jika berdasarkan jarak, calon tersebut pasti diterima.
Tetapi kenyataannya, justeru tertolak. Aneh tetapi nyata benar adanya. Mengapa bisa terjadi begitu ?
Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab. Ketika orang tua calon siswa menanyakan kepada pihak sekolah, data jarak minta diubah menjadi seratus meter dari sekolah.
Entah apa alasan pihak sekolah meminta mengubah jarak tersebut.
Mungkin saja Daeng Google ke luar dulu dari wilayah sekolah kemudian balik lagi ke rumah sang calon sehingga terukur seratus meter.
Setelah diubah, ternyata akhirnya tetap tertolak juga hasilnya.
Ada juga rumah sang calon hanya berjarak sekitar lima meter dari pintu pekarangan sekolah, eh tertolak juga. Sementara yang jauh malah terterima.
Rupanya sistem zona ‘tidak berlaku’ di sekolah itu. Kisah ini terjadi tahun lalu, tahun ini mungkin masih tetap saja sama. Kisah berulang membuat luka mendalam.
Sekolah merupakan tempat kedua setelah para pembelajar ditempa dalam didikan keluarga.
Mereka yang berasal dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda akan ditempa menjadi insan manusia yang cerdas, baik itu secara akademik maupun secara moral spiritual.