Opini Adira
PHK Massal Startup dan Hegemoni Investasi
Sejumlah startup (perusahaan rintisan) sedang dilanda gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan, bahkan tak sedikit yang akhirnya gulung tikar
Oleh: Adira, SSi
Praktisi Pendidikan
TRIBUN-TIMUR.COM - Sejumlah startup (perusahaan rintisan) sedang dilanda gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan, bahkan tak sedikit yang akhirnya gulung tikar.
Perusahaan Modal Ventura, Sequoia capital, meminta para startup untuk berhemat demi kelangsungan hidup.
Ini terjadi di tengah merosotnya pasar saham dan ekonomi yang suram.
Permintaan itu disampaikan dalam presentase setebal 52 halaman yang dilaporkan CNBC internasional (cnbcindonesia.com 3/6/2022).
Menilik kembali awal kejayaan startup Indonesia di tahun 2020 dengan pertumbuhan yang sangat pesat, hingga melahirkan 5 daftar orang kaya baru.
Lima startup dengan income yang menggiurkan antara lain Gojek oleh Nadiem Makarim, Tokopedia oleh William Tanuwijaya, Traveloka oleh Ferry Unardi Grup, Buka Lapak oleh Achmad Zaky Grup, Ovo oleh Adrian Suherman.
Jumlah startup di Indonesia pun terus berkembang menjadi lebih dari 2000 dengan 7 startup berstatus unicorn dan 2 decacorn.
Gelontoran dana jorjoran terus diinjeksikan ke startup-startup unicorn atau bahkan yang belum masuk daftar unicorn.
Investor asing begitu lihai melihat prospek bisnis yang menggiurkan di sektor ini.
Potensi demografi Indonesia adalah lahan empuk untuk target pasar kapitalis.
Tanpa disadari telah terjadi kolonialisme asing atas nama investasi. Startup hanya menjadi perpanjangan tangan asing untuk bermain di negeri kita.
Sekilas, kucuran dana investasi menjadi berkah yang mendorong bertumbuhnya startup.
Padahal, investor tidak serta merta memberikan suntikan dana jika tidak melihat prospek income besar yang dapat diraup dari perusahaan-perusahaan kecil ini.
Investor pun tidak akan memberikan modal kecuali kepada startup yang diyakini memiliki potensi besar jangka panjang serta yang dapat mengembalikan dana di atas rata-rata.