Bank Dunia
Waspada Ancaman Resesi Global, Bank Dunia Sudah Beri Pengumuman
Bank Dunia dalam laporan Prospek Ekonomi Global mengatakan, perang di Ukraina telah memperbesar perlambatan ekonomi global
"Secara teknis mengenai masalah pertumbuhan dan tantangan global, semuanya sependapat bahwa persoalan inflasi di dunia saat ini kontribusi dari sisi produksi itu lebih dominan dibandingkan permintaan," ujarnya.
Implikasi dari hal tersebut yakni kalau penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter terlalu cepat atau ketat yang tujuannya mempengaruhi sisi permintaan, sebetulnya tidak menyelesaikan masalah dari sisi produksi.
"Kan persoalan awalnya adalah dari sisi produksi, yaitu produksinya terkena disrupsi akibat perang maupun karena waktu itu pandemi," kata Sri Mulyani.
Dia menilai, ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan ini akan menjadi satu tema terus-menerus, dalam pembahasan di forum ekonomi dunia dari sekarang hingga 2023.
"Dinamika antara permintaan dan supply, serta instrumen mana yang dianggap paling pas, paling tepat untuk bisa menyelesaikan potensi kemungkinan terjadi stagflasi. Dengan catatan, tanpa menimbulkan risiko ekonomi yang sangat besar ini yang akan menjadi tema di dalam kebijakan makro dan mikro, bahkan ke sektoral," kata Sri Mulyani.
Kendati demikian eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini tetap optimis bahwa pada tahun 2023, momentum pemulihan ekonomi akan tetap bisa berjalan. Namun di sisi lain, Sri Mulyani melihat adanya risiko baru yang muncul dari pembahasan ekonomi dalam forum Islamic Development Bank, yakni inflasi.
"Dari pertemuan kami di Islamic Development Bank, memang pembahasan mengenai risiko global itu dirasakan betul, dan menjadi bahan pembahasan dalam meja diskusi. Di mana, kita membahas mengenai munculnya risiko, terutama dari sisi kenaikan inflasi," ujarnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan, kenaikan harga-harga komoditas energi dan pangan akan menyebabkan pengetatan dari kebijakan moneter.
"Mungkin kami sampaikan di dalam forum ini, diskusi yang muncul itu adalah menyangkut seberapa cepat dan seberapa ketat kebijakan moneter untuk menangani inflasi, yang akan berdampak pada pelemahan dari sisi produksi," katanya.
Menurut eks direktur pelaksana Bank Dunia tersebut, hal ini yang akan terus menjadi bahan pembahasan pada level kebijakan makro di semua forum dunia. "Ini akan terus jadi pembahasan kalau kita bicara mengenai forum ekonomi dan keuangan. Termasuk, mungkin kita prediksi nanti di dalam pertemuan G20 juga ini akan muncul," pungkas Sri Mulyani.(*&)