Pilgub Sulsel 2024
Dr Hasrullah: Siapa Kuasai Milenial, Kecenderungan Menang Tinggi
Dalam data Daftar Pemilih Berkelanjutan Sulsel (DPTB) edisi Mei 2022, angka pemilih milenial Sulsel mencapai 1.791.745 jiwa.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Angka pemilih milenial menunjukkan jumlah besar di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Dalam data Daftar Pemilih Berkelanjutan Sulsel (DPTB) edisi Mei 2022, angka pemilih milenial Sulsel mencapai 1.791.745 jiwa.
Jika dipersentasekan, jumlah pemilih milenial Sulsel mencapai 29,2 persen, dari total 6.126.024 total DPB Sulsel.
Rinciannya, pemilih milenial Sulsel usia 17-20 tahun mencapai 318.699 jiwa.
Sementara pemilih milenial usia 20-30 tahun lebih besar lagi, 1.473.046 pemilih.
Kota Makassar mendominasi jumlah pemilih milenial mencapai 290.365 jiwa.
Daerah terbanyak kedua yaitu Gowa 152.229 pemilih, disusul Bone 146.204 pemilih.
Itu berdasar data KPU Provinsi Sulawesi Selatan saat gelar Rapat Pleno PDPB Periode Mei 2022 di Rumah Pintar Pemilu (RPP) KPU Provinsi Sulawesi Selatan, Senin (7/6/2022).
Pleno dipimpin Ketua Faisal Amir, diikuti anggota Ketua dan Anggota KPU Kota Palopo serta Datin KPU Provinsi Sulawesi Selatan.
Menanggapi hal tersebut, pakar komunikasi politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Hasrullah menilai, angka tersebut menunjukkan suara milenial bisa jadi penentu kemenangan bagi calon gubernur ataupun bupati dan wali kota.
"Siapa kuasai suara milenial maka kecenderungan menang sangat tinggi, baik itu pilkada kabupaten kota, maupun provinsi," kata Hasrullah saat dihubungi Selasa (7/6/2022).
Hasrullah menyebut, istilah homophily atau kesamaan dalam komunikasi.
Menurutnya, pemilih milenial punya kecenderungan memilih terhadap calon yang punya kesamaan dengan dirinya.
Baik itu kesamaan pikiran, kesamaan umur, kesamaan penggunaan media.
"Jadi tentu orang muda cari homophily artinya kesamaan, misalnya kesamaan umur, kesamaan pikiran, kesamaan penggunaan media," katanya.
Ia melanjutkan, untuk mampu menguasai suara milenial, maka figur calon harus mampu menguasai teknologi milenial, sosialisasi digital, propaganda ke publik, medsos, atau media maenstrem.
Ia mencontohkan, seperti pemberitaan tokoh melalui Tribun Timur.
Figur calon mesti aktif menyebarkan salinan surat kabar melalui medsos.
"Itu salah satu cara misalnya menguasai suara milenial," katanya.
Hasrullah mencontohkan, survei Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan yang punya tingkat keterkenalan dan elektabilitas tinggi di sejumlah survei karena punya kesamaan dengan milenial dalam aktivitas di media sosial.
"Ada beberapa penelitian, survei, beberapa tokoh muda di Sulsel, dapat simpati bahkan menduduki urutan pertama. Misalnya Adnan, siapa Adnan, selalu punya kecenderungan seperti itu," katanya.
Ia melihat, Adnan tidak hanya punya kesamaan dalam aktivitas di media sosial dengan milenial. Tetapi juga kesamaan umur, sikap, lifestyle, kebiasaan gaul sama gadget.
"Itu dapat simpati dalam mengambil keputusan memilih orang-orang muda," katanya.(*)