Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Unismuh

Syekh Khoory Dorong Unismuh Hadirkan Prodi Manajemen Kebencanaan, Ketua BPH: Sepakat

Unismuh didorong membuka Pusat Studi Kebencanaan hingga membuka Prodi Manajemen Kebencanaan.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Sukmawati Ibrahim
FAQIH/TRIBUN TIMUR
Pendiri Asian Muslim Charity Foundation (AMCF) Dr Syeikh Mohammad MT Al-Khoory saat menerima penghargaan dari Rektor Unismuh Prof Ambo Asse, Senin (23/5/2022). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSARUnismuh didorong membuka Pusat Studi Kebencanaan hingga membuka Prodi Manajemen Kebencanaan.

Alasannya, Indonesia merupakan salah satu negara yang kondisi geografisnya cukup rentan terhadap bencana.

Kehadiran prodi itu bakal menyiapkan SDM andal untuk mitigasi bencana.

Usulan ini disampaikan Pendiri Asian Muslim Charity Foundation (AMCF) Dr Syeikh Mohammad MT Al-Khoory dalam seminar Internasional bertemakan “Strategi Pengembangan Program Kemanusiaan Berkemajuan di Indonesia” di Unismuh Makassar, Senin (23/5/2022) siang.

Syeikh Khoory menguraikan, AMCF telah terlibat dalam membangun 1300 masjid, 20 Ma'had, 8 kapal kemanusiaan, 4 pusat kemanusiaan, dan berbagai program lainnya.

Khusus dalam bidang kebencanaan, Syeikh Khoory menceritakan hal yang menggerakkannya untuk terlibat dalam isu kebencanaan.

Bermula Ketika ia mengunjungi Aceh saat gempa dan tsunami tahun 2004.

Saat itu, ia merasa prihatin dengan minimnya kapasitas masyarakat muslim Indonesia dalam penanggulangan bencana.

“Banyak relawan yang datang. Tapi mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka tidak memiliki keterampilan manajemen kebencanaan," kata Syekh Khoory.

Indonesia saat itu banyak menerima uluran bantuan kemanusiaan dari dunia internasional.

“Tim kemanusiaan dari Australia dan Turki saat itu saya lihat bekerja sangat baik dan terorganisir. Mereka tahu betul, apa yang mesti dikerjakan,” lanjut Syeikh Khoory.

Sejak itulah, Syeikh Khoory mulai melibatkan AMCF dalam program kemanusiaan di Indonesia.

“Kita tidak tahu kapan bencana tiba, namun kita tahu bahwa bencana pasti datang. Oleh karena itu, semuanya harus dipersiapkan, perencanaannya, pengorganisasiannya, termasuk semua perlengkapan yang dibutuhkan,” ujar pria asal Dubai ini.

AMCF selama ini terlibat dalam program kemanusiaan dalam kondisi normal maupun darurat.

Dalam kondisi normal, program kemanusiaan dapat berupa mengunjungi masyarakat (rihlah) dengan melihat langsung kebutuhan mereka, misalnya perbaikan rumah atau pelayanan kesehatan.

Namun berbeda dalam kondisi darurat, yang membutuhkan tindakan segera.

“Ketika terjadi bencana Palu, relawan kami sudah tahu dan siap mengambil tindakan. Dengan sigap ada yang bergerak lewat darat, maupun lewat laut untuk membawa bantuan, ataupun terjun ke lapangan untuk mengambil Langkah yang dibutuhkan,” jelas Syeikh Khoory.

Dalam seminar ini, Syeikh Khoory menayangkan video kiprah relawan kemanusiaan dalam kondisi normal, saat terjun ke Jawa Barat.

Serta dalam kondisi bencana, Ketika terjadi gempa Palu.

Usulan ini mendapat respon dari sivitas akademika Unismuh.

Dekan FKIP Unismuh Makassar Erwin Akib PhD juga mendorong adanya sinergi antara Yayasan muslim Asia dengan MDMC (Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah).

Secara khusus, Erwin juga mengulas kiprah Fakultas yang dipimpinnya, dalam Gerakan FKIP Unismuh Peduli.

Gerakan ini telah terlibat dalam penanggulangan bencana di sejumlah daerah di Indonesia.

Erwin juga mengusulkan agar Unismuh mendirikan Center for Disaster and Humanitarian Studies.

“Melalui lembaga ini, para dosen dan mahasiswa yang tertarik terlibat sebagai penggerak kemanusiaan atau peminat studi kebencanaan, bisa bergerak bersama,” ucap Dekan FKIP Unismuh ini dalam Bahasa Inggris.

Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Unismuh Prof Gagaring Pagalung merespon dengan memberi kesimpulan sekaligus memberi saran.

“Tentu kita semua sepakat bahwa bencana itu mesti diantisipasi dengan baik. Perlu penyiapan SDM yang paham betul bagaimana manajemen bencana," ujar Gagaring,

"Saya mengusulkan, sebaiknya Unismuh membuka Prodi Manajemen Kebencanaan, sebagaimana yang ada di UGM, dan sementara dibuat oleh Unhas,” sambungnya.

Usulan lain, kiprah Syeikh Khoory dalam bidang kemanusiaan sebaiknya bukan sekadar dibuat dalam bentuk video, melainkan disusun menjadi buku.

“Buku tersebut bisa menjadi buku panduan pengelolaan bencana. Bahkan jika Prodi Manajemen Kebencanaan di Unismuh sudah berdiri, buku itu bisa menjadi buku wajib bagi mahasiswa,” kata Gagaring.

Ratusan peserta mengikuti seminar ini hingga selesai.

Para Wakil Rektor, Dekan, Ketua Lembaga hingga Ketua Prodi se-Unismuh nampak duduk di deretan terdepan.

Hadir juga ratusan mahasiswa Ma’had Al Birr Unismuh juga sangat antusias menyimak seminar yang disampaikan dalam Bahasa Arab dan Inggris ini.

Syeikh Khoory merupakan pengusaha yang mengelola beberapa grup perusahaan yang bergerak di bidang impor dan distribusi mobil dan bus, pompa air, pembangkit listrik, pemadam kebakaran, pengelolaan limbah, dan juga di bidang properti dan perhotelan.

Syeikh Khoory dan Muhammadiyah memiliki riwayat kerjasama yang cukup panjang.

Hal itu diceritakan Rektor Unismuh Makassar Prof Ambo Asse

“Syeikh Khoory kita ketahui telah menyerahkan 16 Ma’had untuk Persyarikatan Muhammadiyah salah satunya Ma’had Al Birr yang ada di Universitas Muhammadiyah Makassar,” kata Prof Ambo Asse.

Nakhoda Unismuh, sekaligus Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel ini mengakui kiprah para pembina dan alumni Ma’had Al Birr dalam mengembangkan pesantren Muhammadiyah.

“Sekarang ini Alumni Mah’ad Al Birr sudah banyak yang disebar ke pesantren Muhammadiyah dalam melakukan pembinaan melalui Kerjasama dengan Lembaga Pengembangan Pesantren PWM Sulawesi Selatan. Alhamdulillah dalam periode ini, dari 11 pesantren menjadi 32 Pesantren,” tutup Prof Ambo Asse. (*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved