Opini Zainal Abidin Kholilullah
Seberapa Berbahayakah PMK pada Hewarn Ternak dan Manusia?
Beberapa pekan terakhir masyarakat diributkan dengan munculkembalinya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak.
Serangan PMK sangat merugikan karena morbiditas (tingkat kesakitan) menghampiri 100 persen, meskipun mortalitas (tingkat kematian) rendah.
Kematian akibat langsung PMK hanya sekitar 1-2 persen , kecuali pada hewan muda (anak sapi atau kambing) dapat menghampiri 40 persen.
Kerugian terbesar akibat PMK adalah penurunan bobot badan yang sangat cepat dikarenakan ternak tidak mampu mengunyah makanannya. Pada sapi perah akan terjadi penurunan hingga penghentian produksi susu.
Apabila PMK telah menjadi wabah, maka dapat diprediksi persediaan daging nasional, terutama sapi dan kerbau akan mengalami kekurangan yang sangat tinggi. Karena suplai daging sapi/kerbau tersebut anjlok. Serangan PMK akan menjadi momok menakutkan bagi para peternak, terutama peternak sapi dan kerbau.
Tidak menular ke manusia (zoonosis)
Meskipun PMK sangat menular dan akut pada ternak ruminansia, namun tidak pada hewan lain. Gajah dan jerapah pernah didapati juga terjangkit, namun tidak pada kuda dan sebangsanya.
Selain itu PMK juga tidak menular atau menimbulkan penyakit pada manusia yang terpapar oleh virus PMK. Dengan kata lain PMK tidak bersifat zoonosis, berpindah dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Mengonsumsi daging ternak atau susu yang terjangkit PMK tidak membahayakan, namun untuk lebih berhati-hati, disamping menghindari terjadinya infeksi sekunder maka sebaiknya daging yang diperoleh diproses dengan pemasakan dan pemanasan yang cukup dan merata.
Sedang susu diolah dulu dengan pasteurisasi atau sterilisasi. Oleh karenanya tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi Coto Makassar, Konro, Sop Saudara, Pallu Basa dan sejenisnya bagi para penikmat kuliner tersebut. (*)