Djoko Susanto Tak Tamat SD dan 10 Bersaudara tapi Kini Kekayaannya Rp 41 Triliun, Rahasia Kaya Raya
Djoko Susanto lahir dari keluarga pedagang, pemilik Toko Sumber Bahagia di Pasar Arjuna, Jakarta.
Tidak heran jika kemudian Putera Sampoerna yaitu pemilik dari rokok HM Sampoerna Group, tertarik untuk menjadikan Djoko Susanto sebagai salah satu mitra distribusi.
Setelah melewati berbagai macam percobaan dengan membuka 15 outlet di Jakarta, Putera Sampoerna semakin yakin bahwa Djoko Susanto memang sangat menjanjikan.
Dari situlah kemudian keduanya mulai membentuk perusahaan patungan di bidang distribusi yang diberi nama PT Panamas, tahun 1985. Putera Sampoerna yang ketika itu sudah menjadi konglomerat dan memiliki 70 persen saham, sementara Djoko saat itu masih belum menjadi pengusaha besar, diberi saham senilai 30 persen.
Di saat yang bersamaan, sejak tahun 1989, karena terlalu percaya dengan Djoko, Putera Sampoerna meminta Djoko untuk duduk di posisi direksi di perusahaan rokok milik Putera yaitu PT HM Sampoerna.
Kolaborasi antara Djoko Susanto dan Putera Sampoerna akhirnya berjalan dengan lancar.
Sehingga keduanya kemudian setuju untuk mengembangkan jaringan bisnis retail minimarket yang nantinya akan menjadi cikal bakal Alfamart.
Di dalam patungan bisnis tersebut, Djoko Susanto juga masih menjadi salah satu pemegang saham minoritas, karena 70 persen saham masih dikuasai oleh Putera yang saat ini menjadi pemodal utama.
Cikal bakal Alfamart
Kerja sama yang dilakukan oleh Putera dan Djoko Susanto telah menginspirasi keduanya untuk membuka minimarket Alfa Toko Gudang Rabat.
Itulah yang kemudian menjadi salah satu cikal bakal dari jaringan ritel Alfamart.
Sebab, untuk menjangkau lebih banyak kalangan menengah kebawah yang mencari harga termurah dan juga kenyamanan, maka di tahun 1994 keduanya memutuskan untuk membuka Alfa minimart yang kemudian diganti menjadi Alfamart.
Sebelumnya, Djoko Susanto memberi nama minimarket tersebut dengan nama Sampoerna Mart, namun kemudian Ia memilih Alfa karena lebih mudah diingat dan dikenal.

Salah satu kunci sukses Alfamart yang dibangun oleh Djoko Susanto adalah konsep tokonya.
Dimana ia berani untuk membuat konsep yang berbeda dan melakukan inovasi.
Terlebih pada saat ini masih sedikit sekali toko modern yang memiliki suasana yang nyaman untuk berbelanja.
Apalagi untuk kelas toko yang tergolong kecil. Biasanya dikelola dengan model toko kelontong pada umumnya yang semrawut.
Berbeda dengan konsep toko retail yang dibangun oleh Djoko Susanto, dimana ia membuat toko tersebut lebih menarik dan rapi.
Oleh karena itulah Ia bisa sukses dan berkembang dengan pesat.
Konsep toko yang modern namun tetap dekat dengan masyarakat dan menjual kenyamanan.
Oleh karena itu, konsep yang Ia gunakan disebut sebagai convenient store.
Toko yang nyaman, bersih, menggunakan AC, menjual produk dan barang dengan kemasan yang rapi, dan juga pelayanan yang ramah.
Selain itu, toko Alfamart juga memiliki lahan parkir yang luas dan memadai.
Sehingga orang-orang yang biasanya berbelanja di warung tradisional berasa naik level, ada unsur gengsi yang melekat di toko retail ini.
Barang dan produk yang tersedia ditata dengan sangat rapi, dikelompokkan menjadi beberapa kategori, sehingga para konsumen lebih mudah untuk mencari dan memilih produk yang ingin dibeli.
Setelah itu, bisnis toko retail ini juga memberikan kesempatan pada masyarakat untuk bisa membeli dan memiliki toko serupa dengan sistem franchise.
Hal itulah yang membuat Alfamart menjadi lebih cepat berkembang.
Terlebih lagi sudah dibantu oleh Putera Sampoerna.
Jadi pengendali
Pada tahun 2005, Putera Sampoerna memutuskan untuk menjual perusahaan rokok miliknya ke Philip Morris.
Dalam hal ini, Putera juga menjual perusahaan rokok miliknya dan para anak perusahaannya, termasuk 70 persen sahamnya yang ada di Alfamart, kepada Philip Morris senilai 5 miliar dollar AS.
Pada saat itu, Djoko Susanto tidak memiliki dana untuk membeli saham yang dimiliki Putera sebesar 70 persen, karena memang dana yang Djoko Susanto miliki belum mencukupi dan masih sangat terbatas.
Namun, Djoko Susanto memiliki cara lain yaitu dengan berkolaborasi bersama pemodal kuat yang bisa mengelola uang investasi.
Kebetulan sekali, Djoko Susanto memiliki kenalan dan link dengan perusahaan investasi, yaitu Northstar Pacific dimana bisnisnya memang biasa memodali pihak lain.
Northstar adalah perusahaan private equity yang dibangun oleh Patrick Walujo seorang anak menantu mantan Presiden Astra Group yaitu T Rachmat, yang bertugas mengelola dana global untuk investasi Indonesia.
Kemudian Northstar membeli saham Alfamart yang sebelumnya dimiliki oleh Putera Sampoerna.
Namun, investor private equity ini selalu melakukan investasi dengan pola jangka pendek atau sementara.
Biasanya setelah 5 hingga 7 tahun, Ia akan menjual sahamnya.
Benar saja, setelah beberapa tahun kemudian, saham Alfamart yang dikelola oleh Northstar dijual melalui go public (IPO) di bursa dan sebagian sahamnya dibeli Djoko Susanto.
Djoko Susanto juga sudah bisa membeli saham tambahan tersebut setelah sekian tahun.
Sebab, ia sudah menabung dan mencari sumber pendapatan lain.
Pastinya, dengan mengajak Northstar untuk membeli saham Alfamart, maka saham tersebut nantinya tidak akan jatuh ke pihak yang tidak dapat Ia kendalikan.
Strategi tersebut juga menjadi salah satu kunci sukses Djoko Susanto yang hingga sekarang tetap menjadi pemilik atau pengendali Alfamart, yaitu sebuah perusahaan waralaba yang ia dirikan.
Hingga di titik sekarang ini, ada salah satu pelajaran yang bisa kita ambil.
Apabila ingin sukses dalam bisnis, maka jangan pernah sungkan untuk mengajak dan belajar dari para pemain yang kuat.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Djoko Susanto, ia berani menggandeng Putera Sampoerna dan Northstar Group.
Akan tetapi tetap harus bisa mengendalikan arah bisnis. Jangan sampai asal ikut saja, agar kamu tidak dirugikan.
Penting juga untuk mencari mitra yang bisa saling mengerti, tidak serakah dan memiliki chemistry yang sama.
Berkembang pesat
Tentunya, sejak Djoko Susanto mengendalikan Alfamart secara utuh, Ia terus melakukan perkembangan dan inovasi di jaringan ritel yang satu ini.
Setiap tahunnya, Ia membuka ratusan outlet baru dan menambah ratusan mitra pemilik produk serta menambah mitra yang menjadi pemodal waralaba.
Djoko Susanto juga terus melakukan pengembangan merek Alfamart sehingga semakin dikenal oleh pasar.
Tak heran jika sekarang ini gerai Alfamart sudah ada lebih dari 17 ribu lokasi.
Oleh karena itu, Djoko Susanto kini telah menjadi salah satu orang yang paling kaya di Indonesia dengan aset triliunan.(*)
Baca berita terbaru dan menarik lainnya di Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita.