Djoko Susanto Tak Tamat SD dan 10 Bersaudara tapi Kini Kekayaannya Rp 41 Triliun, Rahasia Kaya Raya
Djoko Susanto lahir dari keluarga pedagang, pemilik Toko Sumber Bahagia di Pasar Arjuna, Jakarta.
Ia adalah anak dari keluarga 10 bersaudara. Nama kecil Djoko Susanto adalah Kwok Kwie Fo.
Dulu, orang tuanya merupakan seorang pedagang dan pemilik sebuah kios meski bukan kios yang tergolong besar.
Kios milik orang tua Djoko Susanto diberi nama Toko Sumber Bahagia yang berlokasi di Pasar Arjuna, Jakarta.
Saat itu, Djoko Susanto mulai terlibat di dalam toko milik kedua orangtuanya sejak Ia masih kecil dan kemudian pada usia 17 tahun, Djoko Susanto mulai berbisnis.
Pada saat itu, Djoko Susanto tidak melanjutkan sekolah dan memutuskan untuk menjaga toko kedua orangtuanya itu. Seperti kebanyakan orang-orang keturunan Tionghoa, ia juga sangat giat untuk berdagang.
Sifat itulah yang sampai sekarang ditanamkan di dalam diri Djoko Susanto. Ia bahkan tidak malu meski bukan lulusan dari universitas ternama atau perguruan tinggi manapun. Djoko Susanto memang hanya tamat sampai kelas 1 SD saja karena Ia memutuskan untuk membantu orang tuanya jaga toko.
Tanpa disangka-sangka, toko kelontong milik kedua orang tuanya mulai dikembangkan oleh Djoko Susanto dan akhirnya dapat tumbuh dengan baik serta berkembang menjadi beberapa cabang.
Bahkan toko kelontong milik orang tuanya itu sempat memiliki ratusan lokasi cabang yang tersebar di pasar-pasar tradisional.
Di sini, Djoko Susanto selalu berusaha untuk inovatif dan terus mencari berbagai peluang dan celah apa yang berbeda dengan kompetitor.
Toko terbakar
Akan tetapi takdir berkata lain, usaha toko yang sudah dikembangkan dengan maksimal itu mengalami musibah di Pasar Arjuna.
Pada tahun 1976, peristiwa kebakaran telah membuat kios miliknya yang ada di wilayah Pasar Arjuna hangus terbakar sehingga modal senilai 80 sampai 90 persen miliknya hilang begitu saja.
Musibah kebakaran tersebut tentu menyisakan kesedihan yang cukup mendalam, tangis, dan juga kesal.
Ia sangat merasa terpuruk karena modal yang sudah Ia kumpulkan dan perjuangkan ikut terbakar dan habis tak bersisa.
Tapi, hidup harus tetap berjalan.