Mengapa Putin Siapkan Rudal Untuk Serang Finlandia dan Swedia? Negara Non-NATO Khawatir Terjadi Ini
Negara non-NATO khawatir, negara mereka akan berakhir mengalami perang Rusia dan Ukraina.
Tapi yang paling mencolok dari hulu ledak Iskander adalah muatan nuklir, yang diperkirakan empat kali lebih kuat dari bom yang menghancurkan Hiroshima.
Rudal-rudal tersebut memiliki jangkauan hingga 300 mil dan paling sering dibawa oleh kendaraan peluncuran mobile-jalan, yang membuat rudal-rudal itu jauh lebih sulit ditemukan dan dihancurkan.
Pengerahan baru ke perbatasan Finlandia juga dilakukan saat NATO mulai menggelar latihan besar di Estonia untuk melatih tanggapannya terhadap serangan dari Rusia.
Sekitar 15.000 tentara dari 10 negara berbeda - termasuk Finlandia, Swedia dan satu detasemen kecil dari Ukraina - akan berpartisipasi dalam latihan yang dijuluki 'Siil' atau 'Landak' yang akan berlangsung hanya 40 mil dari pangkalan Rusia terdekat.
Presiden Rusia Vladimir Putin kemarin mengatakan Rusia tidak memiliki masalah dengan Finlandia dan Swedia.
Tetapi setiap perluasan infrastruktur militer NATO di wilayah mereka akan menuntut reaksi dari Moskow.
Putin menambahkan bahwa ekspansi NATO adalah masalah bagi Rusia.

Rudal Sarmat Rusia bergerak ke arah perbatasan Finlandia.
AS Sukses Uji Coba Rudal Hipersonik
Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) berhasil melakukan pengujian rudal hipersonik terbarunya.
Ini terungkap dalam pernyataan Angkatan Udara AS yang dimuat Al-Jazeera, Selasa (17/5/2022).
Rudal itu dilepaskan dengan bantuan pembom B-52 melepaskan Senjata Respons Cepat yang Diluncurkan Udara (ARRW).
Pengujian itu disebutkan dilakukan di wilayah California Selatan.
"Setelah pemisahan dari pesawat, booster ARRW menyala dan terbakar selama durasi yang diharapkan, mencapai kecepatan hipersonik lima kali lebih besar dari kecepatan suara," tulis Al-Jazeera.
AS bukan satu-satunya negara yang mengembangkan senjata hipersonik.
Rusia dan China, yang merupakan pesaing Washington, juga turut melakukan hal serupa.
Rusia bahkan telah menembakkan rudal hipersonik ke target di Ukraina saat invasi berlangsung.
Sementara itu, China telah melakukan uji coba senjata hipersonik.
Namun, pemerintahan Beijing membantahnya.
Selain tiga negara itu, Korea Utara juga tengah melakukan pengembangan terhadap rudal hipersonik.
Mereka juga sudah melakukan uji coba peluru kendali jenis ini dan diklaim sukses pada Januari lalu.
Senjata hipersonik menuju target di ketinggian yang lebih rendah dibanding rudal balistik.

Ankatan Udara Amerika mengeklaim, senjata ini memiliki kecepatan suara sekitar 6.200 kilometer per jam atau lebih dari lima kali kecepatan suara.
AS sendiri saat ini cukup berfokus pada pengembangan rudal super cepat itu.
Pada bulan Maret lalu Washington juga berhasil melakukan uji rudal hipersonik.
Selain itu, aliansi AUKUS yang dipimpin Washington yang juga mencakup Inggris dan Australia, juga telah mengumumkan rencana untuk bekerja sama mengembangkan senjata berkecepatan tinggi.
AS bahkan akan membantu membuat kapal nuklir untuk Australia.
Pengujian ini sendiri dilakukan saat AS bersitegang dengan Rusia terkait serangan Moskow ke Ukraina.
Presiden Joe Biden menganggap serangan itu merupakan serangan ilegal.
Tak hanya itu, AS bersama sekutu Baratnya juga menerapkan sanksi ekonomi kepada negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu. Hal ini membuat Putin meradang.
Putin dilaporkan telah meminta militer untuk mengaktifkan kekuatan nuklir dalam keadaan siaga tinggi.
Putin mengatakan ini merupakan respon bagi negara-negara yang digambarkannya sebagai 'tidak bersahabat.'
Tak hanya itu, Putin juga sebelumnya sempat menguji rudal balistik antarbenua (ICBM) terbarunya.
Senjata yang diberi nama Sarmat itu merupakan salah satu ICBM paling mematikan di dunia dengan nama RS-28 Sarmat.
Rudal itu memiliki berat luncur hingga 208,100 megaton.
Sarmat mampu mengenai target sejauh 18 ribu kilometer.
Kenapa Finlandia Bergabung NATO?
Pemindahan rudal Rusia itu dilakukan saat Finlandia tengah berupaya bergabung dengan NATO.
Dilansir New York Post, konvoi dengan lebih dari selusin kendaraan militer bergerak di jalan raya.
Sebanyak tujuh kendaraan diperkirakan membawa rudal Iskander, menurut klip video yang dibagikan oleh Reuters pada Senin (15/5/2022)
"Senjata-senjata itu dibawa ke Vyborg, sebuah kota Rusia dekat dengan perbatasan Finlandia, tak lama setelah Presiden Finlandia mengatakan mereka bergabung dengan NATO, ujar narator klip yang tidak disebutkan namanya itu.
"Sepertinya unit militer baru akan segera dibentuk di Vyborg atau wilayah tersebut," ujar sang narator.
Rudal balistik jarak pendek itu diperkirakan telah digunakan secara luas oleh Rusia.
Rudal itu diketahui siap menembakkan hulu ledak nuklir, kata para pejabat sebelumnya kepada Newsweek.
Seorang perwira senior Angkatan Udara AS yang mengerjakan senjata nuklir mengatakan kepada Newsweek bahwa komunitas intelijen mereka menganggap Iskander sebagai ancaman paling serius.
Video ini muncul beberapa hari setelah salah satu sekutu terdekat Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan NATO bahwa Rusia akan mengerahkan senjata nuklir dan rudal hipersonik jika Finlandia bergabung dengan aliansi militer pimpinan AS.
Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan bahwa bergabungnya Finlandia maupun Swedia akan mengakhiri status bebas nuklir untuk wilayah Baltik.
Rencana Finlandia dan Swedia Gabung NATO, Ini Hal-hal yang Perlu Diketahui
Mengutip The Guardian, berikut adalah pandangan singkat tentang latar belakang dan implikasi dari keputusan Finlandia dan Swedia bergabung dangan NATO.
- Apa itu NATO?
North Atlantic Treaty Organisation atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara adalah aliansi militer defensif yang dibentuk pada tahun 1949 oleh 12 negara termasuk AS, Inggris, dan Prancis untuk melawan ancaman ekspansi Uni Soviet pascaperang di Eropa.
Jaminan keamanan bersama didasarkan pada pasal 5 perjanjian itu, yang menyatakan bahwa serangan terhadap satu anggota adalah serangan terhadap semua anggota.
Perjanjian juga mewajibkan negara anggota untuk saling membela jika terjadi agresi bersenjata.
- Mengapa Finlandia dan Swedia belum menjadi anggota sebelumnya?
Baik Finlandia dan Swedia menganggap bahwa bergabung dengan aliansi militer akan memprovokasi Moskow.
Karena itu, kedua negara memilih sikap netralitas, dan kemudian non-blok, untuk menghindari permusuhan dengan kekuatan regional utama. Kekhawatiran Finlandia cukup sederhana.
Negara itu memiliki perbatasan yang sama dengan Rusia sepanjang 1.300 km.
Finlandia telah mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1917 setelah lebih dari satu abad diperintah oleh Moskow.
Tentaranya juga sudah dua kali melawan pasukan Soviet selama perang dunia kedua sebelum akhirnya menyerahkan sekitar 10 persen dari wilayahnya.
Perjanjian persahabatan, kerja sama, dan bantuan timbal balik tahun 1948 dengan Rusia mengisolasi Finlandia secara militer dari Eropa barat, meskipun pecahnya Uni Soviet dan keanggotaan UE sejak itu memungkinkannya untuk keluar dari bayang-bayang Rusia.
Sementara itu, oposisi Swedia terhadap keanggotaan NATO lebih bersifat ideologis.
Kebijakan luar negeri Swedia pascaperang berfokus pada dialog multilateral dan perlucutan senjata nuklir.
Swedia telah lama melihat dirinya sebagai mediator di panggung internasional, menurunkan militernya setelah berakhirnya perang dingin.
Kini Swedia telah memperkenalkan kembali wajib militer dan meningkatkan pertahanan sejak Rusia mencaplok Krimea pada tahun 2014. Namun, sejumlah pihak yang masih curiga terhadap agenda NATO yang dipimpin AS.
Mereka berpendapat bahwa keanggotaan NATO hanya akan meningkatkan ketegangan regional.
- Mengapa sekarang berubah pikiran dan ingin bergabung dengan NATO?
PM Finlandia Sanna Marin, dan PM Swedia Magdalena Andersson, mengatakan April lalu bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah mengubah seluruh lanskap keamanan Eropa.
Invasi itu juga telah membentuk pola pikir secara dramatis di kawasan Nordik. Pada dasarnya, banyak orang Finlandia dan Swedia semakin merasa bahwa bergabung dengan NATO akan membantu mereka tetap aman ketika mereka menghadapi pemimpin Rusia yang suka berperang dan tidak dapat diprediksi.
Jajak pendapat menunjukkan dukungan publik untuk keanggotaan NATO telah meningkat tiga kali lipat menjadi sekitar 75 persen di Finlandia dan melonjak menjadi sekitar 60 persen di Swedia.
Keanggotaan NATO berarti bahwa untuk pertama kalinya Finlandia dan Swedia akan mendapat jaminan keamanan dari negara-negara nuklir.
- Apakah NATO menginginkan mereka?
Finlandia dan Swedia beralih dari netralitas formal ke non-blok militer pada tahun 1995 ketika mereka bergabung dengan UE. Mereka sudah menjadi mitra NATO, mengambil bagian dalam latihan dan bertukar intelijen dengan aliansi. Finlandia sudah memenuhi target belanja pertahanan NATO sebesar 2 persen dari PDB, sementara Swedia sedang dalam proses.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan Finlandia dan Swedia akan disambut "dengan tangan terbuka" jika mereka melamar dan proses aksesi akan cepat, meskipun ratifikasi formal oleh semua anggota aliansi bisa memakan waktu beberapa bulan.
Dari perspektif militer, penambahan angkatan bersenjata Finlandia dan Swedia akan menjadi dorongan besar bagi aset NATO di Eropa utara.
Mereka akan mengisi lubang di pertahanan aliansi dengan menggandakan panjang perbatasannya dengan Rusia dan meningkatkan keamanan dan stabilitas di kawasan Baltik.
- Apa kata Rusia?
Rusia telah berulang kali memperingatkan Finlandia dan Swedia agar tidak bergabung dengan NATO.
Rusia mengatakan "konsekuensi militer dan politik yang serius" dari langkah semacam itu akan memaksa mereka untuk mengambil "langkah pembalasan" untuk memulihkan keseimbangan militer dengan memperkuat pertahanannya di Baltik, termasuk dengan mengerahkan senjata nuklir.
Vladimir Putin melihat NATO bukan sebagai aliansi defensif tetapi sebagai ancaman bagi keamanan Rusia.
Dia menyalahkan NATO karena menghalangi pengambilalihan Ukraina dan menuntut pasukan NATO ditarik dari Eropa timur.
(tribun-medan.com/intisari/tribunnews.com/reuters/al-jazeera)