Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Lailatul Qadar

Kisah Nyata Peristiwa Lailatul Qadar, Cahaya dari Langit Terangi Masjid, Warga Mengira Ada Kebakaran

Lailatul Qadar disebut dalam surat Al Qadr yang menerangkan bahwa Lailatur Qadar adalah satu malam yang penuh kemuliaan di Bulan Ramadhan.

|
Editor: Sakinah Sudin
Istimewa
Ilustrasi. Kisah nyata peristiwa Lailatul Qadar, cahaya dari langit terangi masjid. Warga mengira ada kebakaran. 

Beliau lalu menyampaikan kepada masyarakat agar orang tersebut dikeluarkan dari kampung.

Gurutta meminta agar tradisi lama masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti memuliakan batu-batu kubur dan pohon-pohon besar segera dihentikan.

Gurutta bahkan memerintahkan agar batu-batu nisan yang telah dibongkar itu dijadikan pondasi jalan agar bisa diinjak oleh masyarakat untuk menunjukkan bahwa batu-batu tersebut tidak punya kekeramatan apa-apa.

Di masa pemerintahan Arung Petta Cowa, ia sangat mempertahankan tradisi tersebut.

Namun sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Petta Coa memerintahkan supaya amalan yang mengandung unsur khurafat itu segera dihentikan.

Imam Laepo Polewali

Berkah Lailatul Qadar juga datang menjemput Imam Lapeo di Campalagian, Polewali, Sulawesi Barat. Waktu itu masih dalam wilayah Sulsel, tahun 1952.

Mantan Ketua Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Unhas, (almarhum) As’ad Bua sering menyampaikan kisah Lailatul Qadar turun menjemput Imam Lapeo.

Menurutnya, Imam Lapeo menghembuskan nafas terakhir dengan tenang dalam usia 114 tahun, pada hari Selasa, tanggal 17 Juni 1952 di Lapeo, bertepatan 27 Ramadhan 1362 H.

“Malam itu, suasana sangat tenang tanpa hembusan angin di Lapeo. Segala benda, alam dan pepohonan rebah sujud, seberkas cahaya menerobos kegelapan. Imam Lapeo mengalami malam Lailatul Qadar dan keesokan harinya beliau wafat,” kata As’ad Bua, suatu ketika di Fakultas Sastra Unhas.

Malam itu, Imam Lapeo diyakini “sudah tiada” di dunia fana.

Sejumlah masyarakat yang pernah mengangkat jenazah Imam Lapeo ke halaman masjid Imam Lapeo tempat pemakaman, mengaku, seakan hanya mengangkat kain kafan, sangat ringan.

Salah seorang cucu Imam Lapeo, Ahmad Arfah Mubasyarah, mengaku tidak tahu banyak tentang kejadian spiritual kakeknya itu.

"Saya juga hanya mendengarnya dari beberapa orang, termasuk dari dosen saya di Fakultas Sastra itu," ujar Arfah, yang juga Alumnus Sastra Arab Unhas, Rabu (29/6/2016) malam.

Makam Imam Lapeo di sisi utara Masjid Nuruttaubah di Lapeo, lebih disebut dengan sebutan ‘Masigi Lapeo’ hingga kini masih menjadi tujuan ziarah dan wisata spiritual di Sulbar.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved