Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

DBD

173 Warga Luwu Timur Terjangkit DBD Selama 3 Bulan, Tertinggi Selama 4 Tahun Terakhir

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat paling tinggi tahun ini dibanding empat tahun terakhir.

Penulis: Ivan Ismar | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM/IVAN
tim Dinas Kesehatan Luwu Timur saat melakukan pengasapan sarang nyamuk di Asrama Polres Luwu Timur, Jl Soekarno Hatta, Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili, Jumat (11/6/2021) 

TRIBUNLUTIM.COM, MALILI - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat paling tinggi tahun ini dibanding empat tahun terakhir.

Di awal tahun 2022 atau periode Januari sampai Maret, sudah tercatat 173 kasus DBD sesuai data Dinas Kesehatan Luwu Timur.

Berkaca pada empat tahun terakhir, pada tahun 2018  jumlah kasus mencapai 104 kasus, 2019 ada 107 kasus.

Baca juga: Perumda Waemami Luwu Timur Mulai Tertibkan Sambungan Ilegal, Terbanyak di Kecamatan Malili

Baca juga: Bupati Luwu Timur Minta Kades Segera Manfaatkan Rp1 Milliar Satu Desa Bantu Guru Ngaji

Sedangkan, 2020 mengalami penurun secara drastis dengan angka kasus 37 orang dan tahun 2021 kembali naik mencapai 116 kasus.

Dari 17 Puskesmas tersebar di 11 kecamatan di Kabupaten Luwu Timur, Puskesmas Wawondula, Kecamatan Towuti, tercatat paling banyak ditemukan yaitu 89 kasus.

Kemudian disusul Puskesmas Wasuponda, Kecamatan Wasuponda dengan 25 kasus dan Puskesmas Nuha, Kecamatan Nuha juga 25 kasus.

Adapun gejala DBD yaitu demam tinggi secara tiba-tiba dan bisa mencapai 40 derajat celsius, sakit kepala, nyeri pada otot, tulang, dan sendi.

Mual, muntah, rasa sakit di belakang mata, pembengkakan kelenjar getah bening dan munculnya bintik-bintik merah pada kulit sebagai gejala khas.

Bila mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera periksakan diri ke puskesmas.

Kasi Pengelola DBD Dinas Kesehatan Luwu Timur, Wardan terus mengajak masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk.

"Salah satunya dengan membersihkan tempat-tempat yang bisa nyamuk berkembang biak," kata Wardan, Sabtu (9/4/2022).

DBD atau demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue.

Demam berdarah merupakan penyakit yang mudah menular.

Sarana penularan demam berdarah sendiri berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpictus.

Tidak ada vaksin yang dapat melindungi  seseorang dari demam berdarah dengue. 

Maka menghindari gigitan nyamuk aedes aegypti merupakan cara paling efektif untuk mencegah DBD

Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, beberapa cara pencegahan DBD dapat dilakukan sebagai berikut:

Menguras, harus rutin membersihkan atau menguras berbagai tempat yang menjadi penampungan air.

Tujuannya agar dapat membersihkan sekaligus membuang telur nyamuk yang menempel erat pada dinding wadah air tersebut. 

Ketika musim hujan sedang berlangsung, kegiatan ini perlu dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk.

Sebab, nyamuk penyebab DBD dapat bertahan di tempat kering selama enam bulan lamanya.

Selain itu, menutup wadah atau tempat yang berfungsi atau berpotensi menampung air juga perlu ditutup.

Sebab, beberapa benda rongsok yang kotor berpotensi menjadi sarang nyamuk aedes aegypti.  

Memanfaatkan kembali limbah, selain menguras dan menutup, perlu juga memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang dapat didaur ulang. 

Puskesmas dengan jumlah kasus positif 

1. Burau= 1

2. Wotu= 4 

3. Bonepute= 1

4.Mangkutana= 0

5. wawondula= 89

6. Bantilang = 2

7. Nuha= 25

8. Kalaena= 2

9.Malili= 11

10.Lampia= 1

11.Tomoni= 1

12.Tomoni Timur= 3

13. Parumpanai = 0

14. Lakawali= 2

15.Mahalona= 1

16. Wasuponda= 25

17. Angkona 5 kasus.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved