Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Makassar Menuju Kota Metaverse Siram Padi Bisa Lewat Smartphone

Dinas Ketahanan Pangan Makassar merancang tiga inovasi menuju Makassar Metaverse salah satunya penggunaan teknologi smartphone bagi petani

Editor: Alfian
Kementan RI
Petani di Kabupaten Bojonegoro yang terkena banjir akibat jebolnya tanggul Kali Ingas, anak Sungai Bengawan Solo di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, Jawa Timur tetap melakukan panen padi. 

Ini menjadi bagian program II, penangkaran benih tanaman padi penanaman II.

Bekerjasama dengan Taiwan International Cooperation Development Fund (ICDF)

Ketua Tim Pelaksana CoE Fakultas Pertanian Unhas, Prof H Yunus Musa mengatakan ini lanjutan dari program yang dijalankan sejak tahun 2018.

Sebelumnya tahap pertama pada tahun 2018-2020, Fakultas Pertanian memprogramkan pengembangan benih berkualitas.

Hanya saja pada tahun kedua ini (2021-2023) ini, bukan hanya fokus pada pengembangan benih berkualitas tapi juga ekspansi menggunakan smart agriculture.

"Yakni pemanfaatan drone untuk memonitor kondisi pertanaman, memonitor kapan panen, kapan produksinya, berapa, kondisi cuaca dan hama," ucap Yunus Musa kepada tribun-timur.com, Minggu (31/10/2021).

Untuk itu, CoE Pertanian Unhas memberi pemahaman dan pelatihan kepada petani dan kelompok tani.

Pelatihan dihelat di Hotel Arthama Makassar, mulai Jumat-Minggu (29-31/10/2021).

Salah satunya materi tentang pemanfaatan drone sebagai bagian dari smart agriculture yang dibawakan oleh Dr.Muhammad Aqil dan Ahmad Fauzan Adzima.

"Kita ada materi namanya aplikasi dan pengenalan drone, dengan harapan bahwa kita kau maju tidak hanya pada industri teknologi 4.0 tapi kita mau menuju 5.0," ujarnya.

Guru besar Fakultas Pertanian Unhas ini menambahkan, respon petani terkait teknologi drone ini rendah.

Bahkan beberapa petani menganggap bahwa mereka tidak sanggup membeli drone.

Padahal kata Yunus, petani tidak dibebankan untuk membeli drone, melainkan disediakan oleh Balai Sertifikasi Benih atau dari Fakultas pertanian.

"Bayangkan selama ini kita menyemprot pakai tenaga manual, bisa saja kita biayai Rp 600 ribu- Rp 700 ribu, kalau drone Rp 200 ribu- Rp 300 ribu, itupun sudah bisa kita monitor," jelasnya.

Dengan begitu, ini bisa mengejar target Indeks Pertanaman (IP) padi 4 atau penanaman empat kali dalam setahun.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved