Timor Leste
Pilih Indonesia saat Timor Leste Memisahkan Diri, Warga Pro-Integrasi Menderita di Pengungsian?
Benarkah warga Timor Timur yang memilih Indonesia saat Referendum 1999 menderita di pengungsian? Cek faktanya berikut ini!
TRIBUN-TIMUR.COM - Benarkah warga Timor Timur yang memilih Indonesia saat Referendum 1999 menderita di pengungsian?
Ya, beberapa tahun lalu, banyak beredar pemberitaan soal warga Timor Timor mengaku salah pilih pada masa referendum 1999.
Diketahui, pada tanggal 30 Agustus 1999 digelar referendum di Timor Timur.
Dikutip dari Intisari-online.com, referendum berlangsung 13 hari setelah peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Akhirnya, provinsi ke-27 Indonesia itu lepas dari negara tercinta ini dan memperoleh status resminya sebagai negara pada 20 Mei 2002.
Sebanyak 94.388 orang atau 21,5 persen penduduk Timor Timur memilih tetap bergabung dengan Indonesia.
Sedangkan mayoritas 344.580 orang atau 78.5 persen warga Timor Timur memilih merdeka.
Kemudian mereka yang memilih tetap menjadi bagian dari Indonesia berbondong-bondong mengungsi, menyeberang ke Nusa Tenggara Timur.
Setelahnya, banyak beredar kabar bahwa warga Timor Timur yang memilih Indonesia, hidup menderita.
Benarkah?
Berikut selengkapnya!
Setelah cek fakta, tak sepenuhnya benar jika warga Timor Timor yang memilih pro-integrasi menderita dan tidak dipedulikan lagi oleh pemerintah Indonesia.
Sebuah fakta ditunjukkan Pemerintah Indonesia dengan membangun sebanyak 300 unit rumah khusus (rusus).
Rumah tersebut dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Rusus ini dibangun di daerah perbatasan RI-Timor Leste untuk Warga Negara Indonesia (WNI) eks-pengungsi Timor Timur.