Opini Tribun Timur
Peta Digital Makasar Menuju Metaverse
Segelas kopi hitam dan minuman ringan lainnya bertengger tepat pada sisi notebook layar yang menjadi teman berselancarnya.
Ano Suparno
Jurnalis & Praktis Komunikasi Digital
Cafe pada sebuah kota dipenuhi pengunjung sedang “ngobrol” bersama komputer meja.
Segelas kopi hitam dan minuman ringan lainnya bertengger tepat pada sisi notebook layar yang menjadi teman berselancarnya.
Jika sedang ngobrol suaranya nyaris tak terdengar walau mereka acapkali saling menyapa.
Pada meja lain rutinitas itu tak berubah, para pengunjungnya duduk berhadapan dengan komputer meja.
Ada yang datang, ada pula yang mengakhiri selancarnya lalu menuju meja kasir untuk melakukan transaksi.
“Totalnya 54 ribu” ujar kasir sambil menyodorkan kode barcode sementara sang tamu menempelkan layar hape berjarak 5 cm dari layar barcode scanner.
Transaksi pun berlangsung, tak ada fisik berbentuk uang.
Tuntas oleh sebuah gaya baru, transaksi digital.
Pemandangan ini adalah salah satu kejadian yang setiap saat berlangsung, pada sebuah kota di negeri in.
Yah, pandemi Covid-19 benar benar mempercepat peradaban manusia pada dunia digital.
Segala gal yang berbentuk fisik perlahan mulai tergusur oleh teknologi digital.
Rapat yang dahulunya harus tuntas melalui pertemuan offline juga tergusur oleh hadirnya teknologi tatap muka melalui layar digital seperti aplikasi zoom, google dan twitter.
Start up-start up lain pada bidang e-commerce, healhtech,agritech, educatech dan fintech mulai menjadi budaya bagi kehidupan manusia.