Pemkot Makassar
Apa Itu Bacce, Ammari, Sipakkatau, Pakkebbu? Program DP3A Menuju Makassar Metaverse
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Makassar, merancang beberapa inovasi mendukung Makassar menjadi Kota Metaverse.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Makassar, merancang beberapa inovasi mendukung Makassar menjadi Kota Metaverse.
Inovasi tersebut diberi nama yang khas dengan bahasa Bugis - Makassar.
Kepala Dinas P3A Makassar, Achi Soleman mengatakan, ada empat inovasi yang telah dikonsep.
Baca juga: Danny Pomanto Jawab Keraguan Pihak Soal Implementasi Makassar Metaverse
Baca juga: Danny Pomanto Bakal Ganti Kepala Dinas di Makassar Jika Tak Paham Metaverse
Pertama Bacce atau Balla Amma Carradde.
Merupakan wadah bagi perempuan agar mereka bisa dilindungi danĀ berdaya di tengah masyarakat.
Bacce akan terintegrasi dengan bebrapa layanan di DP3A, termasuk pusat pembelajaran keluarga (Puspaga).
"Jadi selain layanan secara offline, kita juga melalukan pelayanan pencegahan secara online," ucapnya Minggu (19/3/2022).
Program ini adalah rumah sarana konseling untuk perlindungan dan pembedayaan perempuan.
Program kedua adalah Ammari akronim dari anak Makassar memerangi kekerasan dan bullying.
"Gerakan ini nantinya akan menjadikan anak sebagai duta anti bullying di sekolah," katanya.
Diharapkan, sekolah sebagai sarana edukasi anak menjadi tempat yang sehat dan jauh dari perundungan.
Ketiga, program sipakkatau atau sistem informasi layanan pengelolan kasus dan perempuan.
Pihaknya akan menerapkan digitalisasi pelayanan perempuan dan anak yang terintegrasi dengan layanan di shelter warga, APH, dan NGO.
Terakhir, pakkebbu atau penggerak perempuan kepala keluarga, berdaya, dan unggul.
"Kami berharap perempuan kepala keluarga sebagai pelopor pemberdayaan, akan terhubung dengan dinas koperasi. Bagaimana kepala keluarga perempuan harus meningkatkan kapasitasnya dengan terjun ke dunia usaha," tuturnya.
Achi menjelaskan, masalah yang dihadapi di Makassar masih terkait kesetaraan gender.
Dinamika kekerasan perempuan dan anak grafiknya terus mengalami kenaikan 10 persen.
Jika dirata-ratakan, tiap tahunnya sebesar 2 persen peningkatan. (*)