Opini Tribun Timur
Ketika Deddy Corbuzier Tak Kenal Jurusan Ilmu Perpustakaan
Demikian ungkapan pertanyaan Deddy Corbuzier saat berbincang di acara podcastnya, bersama Pembalap Nasional asal Bulukumba, Andi Gilang
Sebab, perannya sungguh jauh lebih urgen dari itu.
Ia adalah ruang pemberdayaan masyarakat yang saat ini dikenal dengan istilah inklusi sosial.
Lewat konsep ini, perpustakaan menargetkan bahwa segala potensi yang dimiliki oleh masyarakat akan didorong pengembangannya agar bisa menghasilkan suatu produk dan karya yang berdaya.
Pertanyaanya, sudah sedalam mana konsep yang digaung-ganungkan itu membumi di akar rumput ? Jangan-jangan, hanya menjadi wacana populer di ruang-ruang maya saja, namun asing di dunia nyata.
Beberapa masyarakat pernah mengeluarkan keluh kesahnya di hadapan penulis, bahwa hasil karyanya sering kali dieksploitasi oleh perpustakaan di daerahnya.
Hanya dilirik, diminta dan diklaim saat ada lomba pameran saja, tanpa ada agenda pengembangan dan pemberdayaan yang dilakukan sebelum dan sesudahnya.
Jikalau ini benar-benar terjadi, bagaimana mungkin masyarakat akan menaruh perhatian lebih tehadap perpustakaan ?
Rentetan problem perpustakaan tersebut mesti menjadi perhatian kita bersama.
Khususnya yang konsen dengan dunia perpustakaan.
Perpustakaan mesti lebih sering mengoreksi diri, sejauh mana ia mengamalkan tugasnya sebagai ruang pencerdasan masyarakat dan sejauh mana pula ia menjalankan fungsinya sebagai pemberdayaan masyarakat.
Kata Ilham Mustamin (Penulis Buku Siasat Menikmati Kesemnjanaan), “Aktivitas membaca yang kurang dan pengelolaan perpustakaan yang buruk merupakan kombinasi sempurna menuju kebodohan paripurna”.
Mari berlindung kepada Tuhan dari ungkapan mengerikan itu.(*)