Tribun VIP
Firdaus Muhammad: Tribun Timur Selalu Beri 'Panggung' Siapapun Tanpa Pandang Latar Belakang
Akademisi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Firdaus Muhammad mengenang perjalanan 18 Tribun Timur menyajikan informasi.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Akademisi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Firdaus Muhammad mengenang perjalanan 18 Tribun Timur menyajikan informasi.
Bagi Firdaus, Tribun Timur adalah media yang senantiasa berpihak pada publik.
Ia mencontohkan Tribun selalu memberikan panggung kepada siapapun yang berpretasi tanpa melihat latar belakangnya.
Sebaliknya, kata Firdaus, Tribun juga bersikap tegas menyampaikan kritikan atas kebijakan yang keliru.
Berikut petikan wawancara eksklusifnya bersama Jurnalis Tribun Timur Muh Hasim Arfah dalam Ngobrol Tribun VIP Sabtu (15/1/2022) sore.
1. Bagaimana kabar hari ini?
Baca juga: Firdaus Muhammad: Posisi Syahrul Yasin Limpo Lebih Menguntungkan Dibanding Amran Sulaiman
Alhamdulillah baik, weekend tapi aktivitas tetap padat.
Saya habis pelantikan pengurus perguni, persatuan guru dan dosen NU.
2. Bagaimana Anda melihat perjalanan 18 tahun Tribun Timur?
Saya mengikuti Tribun 2008, di awal saya tidak ikut persis, tapi saya ikut sejak 2008 dekat dan akrab dengan Tribun, termasuk memberi ruang kepada saya.
Ada panggung baik sebagai akademisi, dosen komunikasi politik, publik kenal saya pengamat politik dari Tribun Timur.
3. Seperti apa itu?
Baca juga: Akreditasi FDK UIN Meningkat Dibawah Nakhoda Firdaus Muhammad
Saya diberi ruang pengisi kolom literasi ulama, sekarang tahun kesembian, setiap jumat, tulis figur ulama, lebih 200.
Bahkan sudah hampir 300 edisi, meskipun baru diterbitkan 50 ulama, bank data tulisan saya itu, kita sangat kaya ulama di Sulsel.
Tribun antar saya antar saya melakukan itu, karena sedikit memaksana. Karena setiap jumat harus terbit maka setiap kamis malam saya harus kirim tulisan.
Itu perkenalan lebih intim, saya juga orang luar, dalam pengertian lihat posisi Tribun sebagai media.
4. Sebagai pembaca, apa yang khas dari Tribun menurut Anda?
Saya sebagai pembaca, tentu sangat merasakan karakteristik pemberitaan Tribun Timur. Sehingga itu jadikan pembaca memilih Tribun, antaranya HL.
Siapapun dia akan bisa dibuat nyaman. Dalam pengertian ketika ada seseorang meraih prestasi, maka Tribun akan beri panggung sebagai apresiasi secara objektif.
Baca juga: Firdaus Muhammad: ASS Sulit Bersaing, Kakaknya Lebih Berpotensi
Sebaliknya ketika anda melakukan kesalahan siapapun dia maka akan dieksekusi di HL. Saya kira itu jadi warna Tribun Timur.
Pemberitaan Tribun jadikan publik ada keberanian sehingga jadi rujukan.
5. Bagaiman Anda melihat transformasi Tribun?
Karena perubahan konvergensi media seperti sekarang ini, Tribun sudah beradaptasi, ada suasana berubah, dari awal, yang menarik kekeluargaan, di situ jadi ruh Tribun Timur.
TIdak jadi orang baru, misalnya, orang lebih awal kita kenal Pak Dahlan, Thamzil, Kambie kalau bicara tribun masih ketemu hari ini
Tribun lebih adaktif, kita tidak pernah bayangkan podcast seperti ini, biasanya kalau sore jangan diganggu, selesaikan berita karena kejar deadline, sekarang suasana berubah.
Pemirsa melihat Tribun tidak rasakan suasana berubah, tapi rumah redaksi banyak perubahan, ada dua studio, pemberitaan online, saya kira banyak warna.
Ruhnya inovasi dan adaptasi, inovasi pikiran kreatif selalu berkembang terus menerus, ada kreatifiatse sejak awal dibanding media cetak lain, 18 tahun lalu Tribun diferensiasi dari wajah ataupun karakter berita.
Kemudian adaptasi, penyesuaian, setiap orang kalau mampu adaptasi maka akan mudah diterima, jadi penyesuaian diri, selama bisa sesuaikan diri maka bisa diterima.
Pelajari apa disukai di lingkungan itu, itu orang adaptasi, kaitan Tribun kemampuan adaptasi luar biasa, IT digital sudah merambah itu Tribun lebih awal adaptasi dengan adanya online itu jadi kekuatan karena kemampuan adaptasi tapi memang tidak gampang, dibutuhkan kemapuan baca tanda-tanda.
Bedanya di kampus kita tidak bisa adaptasi berubah derastis, tapi perlahan, tapi kalau media Tribun cepat sekali melakukan perubaham.
Baca juga: VIDEO: Raih Gold Play Button, Dr Firdaus Muhammad Harap Tribun Timur Tetap Inovasi
6. Bagaimana dengan orang-orangnya?
Saya Sering diskusi dengan Kak Dahlan, Thamzil, Kambie, ketika ngobrol santai saya kadang berpikir, sungguh secepat itu mereka berpikir.
Thamzil ketika kita diskusi dia sudah pikirkan dan melakukan sesuatu yang belum kita pikirkan.
Itu bukan hanya person, tapi juga kolektif, adaptasi, tidak perlu ke kantor untuk melaporkan beritanya, tapi kecepatan dan volume berita mereka harus setor.
Itu bisa bertambah karena mereka diberi ruang lebih leluasa, misalnya di warung kopi, peristiwa biasa saja, tapi begitu disiarkan bernilai, banyak hal membuat masyarakat suka berita ringan-ringan, di situ ada nilai entertein, kalau Tribun awal-awal biasa keras karena tidak tanggung-tanggung dengan risiko, bagaimana ketika langganan, pemerintah, pemprov, pemkot, itu tidak perhitungankan karena lebih dijaga trush pembaca, ada resiko diambil tapi kalkulasi ke depan, boleh saja oplah putus, tapi kita berpihak pada pembaca, ada hal sederhana sekali Tribun, soal WC.
Saya berpikir iya iya, instansi yang diberitakan tiba-tiba fokus benahi setelah jadi HL di Tribun, topleader ambil kebijakan bersihkan, melakukan karena ada kekhawatiran.
Orang tidak pernah terpikirkan, ketika dibawa ke HL, jadi berita utama itu dahsyat sekali,
Pantai suka pacar-pacaran, fotografer, tunggui, deskripsikan jamnya, sadarkan banyak orang tua, jadi memang kita tidak tahu siapa pelakunya, tapi itu sadarkan banyak orang, utamnya bagi orang tua, ini kontrol sosial itu dahsyat, pernahkah orang pikirkan untuk diberitakan jadi HL.
Ketika itu jadi halaman pertama benar-benar warnai kebijakan dari pemerintah.(*)
Baca juga: Pilwali Makassar Dinamis, Firdaus Muhammad: Balon Wali Kota Tersandra
Baca juga: Nasdem Sulsel Mau Koalisi dengan Golkar di Pilkada Serentak, Firdaus Muhammad: Cari Aman