Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilwali Makassar

Pilwali Makassar Dinamis, Firdaus Muhammad: Balon Wali Kota 'Tersandra'

Setelah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mmerekomendasikan Syamsu Rizal 'Deng Ical' Kamis (5/3/2020) malam, berarti sudah ada 17 kursi yang bertuan.

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Sudirman
abd azis/tribuntimur.com
Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Firdaus Muhammad 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Konstalasi politik jelang Pemilihan Wali (Pilwali) Kota Makassar, kian mendebarkan.

Setelah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mmerekomendasikan Syamsu Rizal 'Deng Ical' Kamis (5/3/2020) malam, berarti sudah ada 17 kursi yang bertuan.

Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto 5 kursi dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Irman Yasin Limpo 'None' 6 kursi, Deng Ical 6 kursi 1 dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan 5 dari PKS.

Artinya menyisakan 33 kursi di DPRD Makassar.

Partai Demokrat dan Partai Demorasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masing-masing 6 kursi, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Golkar dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) masing-masing 5 kursi.

Selain itu, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) 3 kursi, Partai Persatuan Indonesia (Perindo) 2 kursi dan Partai Berkarya 1 kursi.

Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, Firdaus Muhammad, melihat setelah jalur independen tertutup, bakal calon Wali Kota Makassar fokus diusung partai politik.

"Suara partai tidak ada yang mayoritas, sehingga parpol bersama kandidat harus koalisi dua hingga 3 parpol untuk mencukupi syarat paslon didaftarkan di KPU nantinya," ujarnya.

Melihat jumlah kursi yang sudah bertuan, ia memprediksi Pilwali Kota Makassar akan diikuti 3-4 pasangan calon (paslon).

"Yang jadi problem, baik Danny, None, Ical dan Appi (Munafri Arifuddin) posisinya tersandra oleh parpol," ujarnya.

"Maksudnya tersandra ini, kecenderungan parpol pengusung memberi persyaratan berat. Utamanya di posisi 02 (Wakil Wali Kota)," ujarnya.

Ia mencontohkan, Danny Pomanto misalnya, agar kursinya cukup Ia harus mencari koalisi bersama Nasdem.

"Ingin dapat kursi Golkar, 02 dari Golkar misalnya. None, Ical dan Appi pun demikian," katanya.

Firdaus melihat, dinamika partai hari ini akan dilihat dari kandidat mana yang komunikasi politiknya baik, untuk mendapatkan hati elit partai yang berujung rekomendasi.

"Apalagi kursi tertinggi diparlemen hanya 6 kursi. Sehingga, sulit bagi partai besar untuk berkoalisi. Semua punya kepentingan," ujarnya.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved