6 Fakta Jembatan Milik Haji Endang, Beromzet Rp20 Juta per Hari hingga Rela Diambil Alih Pemerintah
Jembatan perahu ponton di Karawang, Jawa Barat mampu menghasilkan omzet Rp 20 juta per hari.
Menurut Haji Endang, pemasukan tersebut dipakai untuk biaya operasional sebesar kurang lebih Rp 8 juta per hari.
Biaya operasional tersebut untuk perawatan, penerangan, hingga upah pekerja.
"Perawatan itu termasuk juga perawatan jalan akses ke sini," terangnya.
5. Niat menolong orang, dilewati ribuan karyawan pabrik
Haji Endang bercerita, awalnya dia tak niat berbisnis dan hanya ingin menolong warga.
Namun setiap hari ribuan karyawan pabrik hingga warga melintasi jembatan penyeberangan itu.
Sejak jembatan penyeberangan itu dibangun, ekonomi di sekitarnya pun turut tumbuh. Banyak warga berjualan di pinggir jalan.
"Sepanjang jalan banyak warga yang jualan," kata dia.
Selain itu, Endang juga merekrut 40 warga sebagai pekerjanya. Usianya pun tak dibatasi.
"Gajinya macem- macem. Ada yang UMK ada yang tidak. Ada beberapa indikatornya. Misalnya lama kerja dan rajin tidaknya," kata dia.
6. Rela Diambil Alih Pemerintah
Haji Endang, mengaku rela jika jembatannya diambil alih pemerintah. "Tidak masalah diambil alih pemerintah," kata pria bernama lengkap Muhammad Endang Junaedi itu kepada Kompas.com.
Meski rela jembatannya diambil alih pemerintah, Endang mengaku, menitipkan para pekerjanya yang berjumlah sekitar 40 orang. Ia khawatir mereka kehilangan pekerjaan.
"Saya titip pekerja saya. Karena saya rekrut mereka tanpa batasan usia dan lainnya. Warga sekitar," ucap dia.
Pemerintah Kabupaten Karawang diketahui tengah membangun dua jembatan. Satu di Wahahar dan satu di Dusun Rumambe 2, Desa Anggadita, Kecamatan Klari arah menuju Bintang Alam.
Sedangkan jembatan milik Endang menghubungkan Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari dengan Desa Parungmuya Kecamatan Ciampel.
"Tidak masalah. Kan itu bisa mengurangi kemacetan," ucap dia.