Kabar Terbaru Kolonel Priyanto Cs Pembuang Jasad Handi dan Salsabila, Dipecat dan Hukuman Tambahan
KSAD Jenderal Dudung mengatakan ulah ketiga oknum TNI yang buang Handi dan Salsabila tidak manusiawi.
TRIBUN-TIMUR.COM - Kata-kata Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurachman sebelum pecat tiga oknum TNI pembuang jasad Handi dan Salsabila.
KSAD Jenderal Dudung mengatakan ulah ketiga oknum TNI yang buang Handi dan Salsabila tidak manusiawi.
Oknum TNI yang membuang korban tabrak lari ke sungai memang sangat tidak terpuji.
Menurut hasil penyelidikan, Jumat (24/12/2021), Markas Besar (Mabes) TNI mengungkapkan, tiga prajurit TNI AD yang terlibat dalam kasus tersebut adalah Kolonel Infanteri Priyanto, Kopda Andreas Dwi Atmoko, dan Koptu A Sholeh.
Tak heran, kejadian ini sangat mencoreng Intitusi TNI AD.
Jenderal Duidung turun tangan untuuk usut tiga oknum TNI AD dalam kasus tabrak lari yang menewaskan Handi (17) dan Salsabila (14) di Nagreg, Jawa Barat.
Baca juga: Terungkap Sosok Sebenarnya Kolonel Priyanto, Tega Buang Handi dan Salsabila Padahal Masih Hidup
Baca juga: Ganjaran Kolonel Priyanto Otak Pembunuhan Handi dan Salsabila, Jenderal Andika Tak Beri Ampun
KSAD Dudung mengatakan apabila putusan peradilan militer akan menyertakan pidana tambahan pemecatan, maka pihaknya akan menyesuaikan.
Selain itu KSAD Dudung juga akan mengurus administrasi untuk proses pemecatan tersebut.
Hal tersebut disampaikannya pada saat berziarah ke makam korban dan mengunjungi rumah keluarga korban di Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Garut, Jawa Barat, Senin (27/12/2021).
"Kami juga menyinggung soal pemecatan TNI AD akan menyesuaikan, maka apabila yang putusan peradilan militer menyertakan disertai dengan pidana tambahan pemecatan."
"Maka saya selaku KSAD akan menyesuaikan dan akan mengurus administrasinya untuk dilakukan pemecatan," kata KSAD Dudung dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Senin (27/12/2021).
Menurut KSAD Dudung ketiga pelaku yang merupakan anggota TNI AD tersebut memang layak untuk dipecat.
Pasalnya perbuatan yang mereka lakukan sudah diluar batas kemanusiaan.
"Memang menurut saya ini layak (pemecatan), karena apa yang dilakukan sudah diluar batas kemanusiaan," tegasnya.
Terakhir, KSAD Dudung menyampaikan permohonan maafnya kepada keluarga korban atas nama TNI AD.
Karena perbuatan oknum anggotanya yang tidak bertanggung jawab dan menyebabkan meninggalnya Handi (16) dan Salsabila (14).
"Saya sudah sampaikan kepada keluarga korban mohon maaf atas nama AD yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab," pungkasnya.
Pakar Hukum Nilai Pemecatan 3 Oknum TNI AD Sudah Tepat
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Pakar Hukum Pidana dari Universitas Indonesia (UI), Chudry Sitompul turut menanggapi terkait kasus tiga anggota TNI AD yang terlibat dalam kecelakaan dan pembuangan jasad sejoli di Nagreg, Jawa Barat.
Menurut Chudry, pernyataan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa yang meminta ketiga pelaku dipecat sudah tepat.
Baca juga: Pengakuan Lengkap Kolonel Priyanto Otak Pembuang Jasad Handi dan Salsabila, Sudah Susun Rencana
Baca juga: Jenderal Andika Marah Besar, Nasib Kolonel dan Kopral Penabrak Handi dan Salsabila Sudah Ditentukan
Sebab, ia menilai peristiwa yang menewaskan Handi (17) dan Salsabila (14) itu termasuk pelanggaran berat.
"Kalau melihat peristiwa ini saya kira tepat kalau panglima TNI bilang sudah akan dipecat," kata Chudry, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Minggu (26/12/2021).
Chudry juga menjelaskan, ancaman pemecatan ini tidak bisa langsung dijatuhkan.
Menurutnya, harus dilihat dahulu bagaimana pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku.
"Saya kira tergantung pelanggarannya, yang sedang itu biasanya ada tindakan administratif bahkan bisa pemecatan."
"Kalau yang pelanggaran berat pasti dipecat," tuturnya.
Lebih lanjut, Chudry menilai di banyak kasus para oknum TNI dan Polri yang melakukan pelanggaran lebih baik dikenakan hukuman pidana, daripada pemecatan.
Sebab, menurutnya, status sebagai anggota TNI dan Polri memiliki rasa kebanggan tersendiri.
"Buat TNI/Polri pemecatan itu sangat (buruk, red), karena status dia sebagai anggota TNI/Polri itu mahkotanya dia."
"Kalau dia sudah dipecat ya dia sudah tidak ada rasa kebanggaannya."
"Jadi anggota TNI/Polri kalau kena pelanggaran hukum mereka berharap mereka kena hukuman administasi atau pidana jangan sampai dipecat," ujarnya.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Inza Maliana)