Opini Tribun Timur
Sastra dalam Risiko
Dalam pengertian Alain Badiou, risiko adalah sesuatu yang niscaya dalam dunia. Ia memberi tendensi pada risiko dalam lingkup filsafat dan dunia
Ia tak mati-mati
Telah kubayar yang dia minta
Pada puisi ini pilihan yang diambil oleh subjek memiliki risiko sangat besar, si individu amat berani terhadap tindakannya.
Tapi ia cukup sadar terhadap putusannya, bahwa untuk mencapai tujuan besar diperlukan biaya yang tak sedikit. Dan ia memilih itu, meskipun jiwa dan raganya menjadi korban.
Begitulah, tiap risiko adalah perhitungan yang panjang. Pilihan yang mengakibatkan risiko besar pasti menuai masalah besar dan harus diselesaikan dengan cara berpikir besar.
Karenanya, risiko sering ditanggung oleh subjek yang singular atau individu tunggal.
Menurut Badiou, singularitas atau hal yang sifatnya tunggal merupakan faktor mendasar dari eksistensi.
Jika subjek menolak dirinya sebagai individu yang harus selalu siap dengan konsekuensi, maka eksistensinya lemah, mudah goyah, rapuh dan hancur.
Maka dari itu saya ingin menutup tulisan ini dengan penggalan kisah yang disuguhkan Keigo Higashino dalam novelnya “Keajaiban Toko Kelontong Namiya”, dimana seorang pemuda memiliki cita-cita untuk menjadi musisi profesional, ia tak berhenti berjuang walau halangan menerjang, sampai suatu ketika ia hanya diundang bernyanyi pada pesta yang diselenggarakan oleh yayasan perlindungan anak, dan ketika pertunjukan berakhir kebakaran pun melanda.
Pemuda ini melihat anak perempuan sedang menangis, ternyata masih ada adiknya dalam gedung.
Tanpa pikir panjang si pemuda menolong adik perempuan tersebut, ia berhasil menyelamatkannya, tetapi nyawanya tak tertolong.
Namun lagu ciptaannya mengabadi, sebab dinyanyikan oleh anak perempuan yang ternyata memiliki suara unik.
Akhirnya, kisah diatas senada dengan kesimpulan tulisan ini.
Tetaplah berjuang dengan segala pengorbanan, karena perjuangan tak akan sia-sia.
Dan Menanamlah, meskipun bukan kau yang memanennya.(*)