Larantuka
Mengenal Larantuka Pusat Gempa NTT, Wisata Religi di Flores Timur Dijuluki Vatikannya Indonesia
Larantuka dikenal sebagai tujuan wisata rohani bagi umat Katolik, khususnya bagi warga NTT di Ujung Timur Flores.
Perayaan Semana Santa dimulai pada Rabu Trewa (Rabu Terbelenggu).
Saat itu umat dan peziarah berkumpul berdoa untuk mengenang Yesus yang dikhianati Yudas Iskariot (murid Yesus).
Sementara itu sejak pagi hari, para perempuan akan menyanyikan ratapan Mazmur dalam bahasa Latin di Kapel.
Pukul 3 sore, secara beruntun umat dan peziarah mengetukkan bunyi-bunyian sambung-menyambung di seluruh Larantuka.
Hal itu menandakan saat memasuki masa berkabung.
Setelah itu, tidak diperkenankan bunyi-bunyian maupun melakukan pekerjaan apapun sehingga Larantuka berubah menjadi kota perkabungan suci.
Rabu sore sebelum Kamis Putih, umat peziarah berdoa dan bergantian melakukan penyembahan “Cium Tuan” di sejumlah situs rohani.
Penyembahan dilakukan d antaranya di Kapel Tuan Ma (Bunda Maria), Kapel Tuan Ana (Tuhan Yesus), dan Kapel Tuan Meninu (patung kanak Yesus) dan Patung Tuan Bediri (patung Yesus berdiri dengan ayam jantan di kanannya).
Ritual itu sebagai wujud permohonan doa kepada Tuhan melalui perantara Bunda Maria.
Sementara itu aktivitas di hari Kamis Putih berpusat di Kapel Tuan Ma (Bunda Maria) dengan memandikan dan membalutkan kain berkabung berupa mantel beludru hitam, ungu atau biru.
Kemudian dilanjutkan pembukaan peti patung Tuan Ana di kapel Tuan Ana.
Puncak Acara dilakukan saat Hari Raya Wafat Isa Almasih atau Jumat Agung.
Diawali perarakan bahari membawa patung Tuan Meninu, yaitu melawan arus laut Selat Gonzalo dan menahtakannya di Pohon Sirih.
Perarakan dilakukan untuk mengenang sengsara dan wafat Yesus.

Umat mengarak Tuan Ma, Tuan Ana, dan Tuan Meninu keliling kota menuju Katedral Larantuka.