900 Karyawan Dipecat Via Zoom
VIDEO 900 Karyawan Dipecat Sekaligus Lewat Zoom, Alasannya Bikin Nyesek
Beredar video detik-detik seorang bos memecat ratusan karyawannya secara virtual. Momen tersebut diunggah salah satu akun TikTok @wanderellaco
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Rasni
TRIBUN-TIMUR.COM - Beredar video detik-detik seorang bos Pecat Karyawan secara virtual.
Momen tersebut diunggah salah satu akun TikTok @wanderellaco, Selasa (7/12/2021).
Dalam video durasi tiga menit, terlihat pria yang mengenakan kameja biru dipadankan dengan rompi tengah berbicara.
Gilanya lagi, dituliskan pemecatan dilakukan sebelum masa libur.
Dilansir dari Nextren yang menghimpun informasi dari KompasTV, perusahaan asal Amerika Serikat bernama Better.com diketahui telah memecat karyawannya via aplikasi meeting Zoom.
Pemecatan karyawan dilakukan langsung oleh Vishal Garg selaku CEO perusahaan Better.com.
Tidak tanggung-tanggung, total ada 900 karyawan yang langsung dipecat oleh Vishal lewat Zoom.
Langkah yang dilakukannya itu kemudian viral di media sosial, dan menuai banyak komentar sertar kecaman publik.
Awalnya, Vishal mengumpulkan 900 karyawan yang akan dipecat dalam sebuah panggilan video di Zoom.
Karyawan-karyawan tersebut tidak tahu tujuan mereka dikumpulkan via Zoom.
Setelah semuanya berkumpul, Vishal langsung mengumumkan bahwa para karyawan yang ada dalam panggilan video Zoom tersebut resmi dipecat.
"Jika kalian termasuk dalam panggilan ini, kalian termasuk bagian kelompok tak beruntung yang diberhentikan. Pekerjaan kalian di sini dihentikan. Efektif segera.” ujar Vishal terhadap para karyawannya via Zoom seperti dikutip dari KompasTV (8/12).
Terkait dengan alasan pemecatan, Vishal mengatakan bahwa karyawan-karyawan tersebut dianggap kurang produktif dan punya performa dibawah standar.
Selain itu, perubahan situasi pasar membuatnya harus mengurangi sekitar 15 persen dari keseluruhan karyawan perusahaan Better.com.
Sementara itu, Garg mengatakan bahwa kesalahan juga datang darinya.
Dirinya turut mengakui telah salah merekrut terlalu banyak karyawan selama Pandemi.