Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

HUT Makassar ke 414

Dulu 1 April, Kenapa HUT Makassar Pindah ke 9 November? Kenapa Berubah dari Ujung Pandang?

Hari ini, Selasa (9/11/2021), Kota Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan memasuki usia ke-414 tahun.

Editor: Edi Sumardi
PEMKOT MAKASSAR
Logo HUT Kota Makassar ke-404 dan logo Pemkot Makassar. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Hari ini, Selasa (9/11/2021), Kota Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan memasuki usia ke-414 tahun.

Makassar dulu dikenal sebagai sebagai Ujungpandang atau Ujung Pandang.

Makassar merupakan kota metropolitan terbesar di kawasan Indonesia Timur dan pada masa lalu pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia Timur dan provinsi Sulawesi.

Makassar terletak di pesisir barat daya Pulau Sulawesi dan berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur, dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan.

Menurut Bappenas, Makassar adalah salah satu dari empat pusat pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Medan, Jakarta, dan Surabaya.

Dengan memiliki wilayah seluas 175,77 km² dan jumlah penduduk lebih dari 1,5 juta jiwa, kota ini berada di urutan ketujuh kota terbesar di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, Palembang, Semarang dan Medan.

Secara demografis, kota ini tergolong tipe multi etnik atau multi kultur dengan beragam suku bangsa yang menetap di dalamnya, di antaranya yang signifikan jumlahnya adalah Suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa.

Makanan khas Makassar yang umum dijumpai di pelosok kota adalah coto makassar, roti maros, jalangkote, bassang, kue tori, pallubutung, pisang ijo, sop saudara, dan sop konro.

Sejarah

Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3 kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14, sebagai salah satu daerah taklukkan Majapahit.

Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan Kota Makassar.

Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.

Pada abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara.

Raja-raja Makassar menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan di sana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut.

Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti bahwa meskipun Islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk agama Kristen dan kepercayaan lainnya masih tetap dapat berdagang di Makassar.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved