Kilas Tokyo
Mengejar Impian dengan Kereta
KERETA api di stasiun Tokyo dan sekitarnya tak pernah sepi dari penumpang. Apalagi di pagi hari.
Ketika harus ‘norikae’ ganti kereta, jaringan kereta lain terkoneksi baik. Jika ada hambatan delay, semua jalur lain otomatis menyesuaikan keterlambatan agar ‘norikae’ tidak terputus. Tidak perlu lari memburu kereta ganti dalam kepanikan.
Alternatif moda lain juga tersedia dan informasi tentang itu bisa diakses cepat.
Parameter keamanan mobilitas juga terasa. Polisi Tokyo selalu sigap berdiri dan serasa ada di mana-mana.
Mereka menjadi tempat mengadu jika punya masalah, tempat melapor jika kehilangan sesuatu ataupun tempat bertanya saat bingung cari alamat. Saat kelupaan atau kehilangan barang tidak usah panik; segera cek kembali di tempat barang terlupa.
Jika tidak ada, carilah di Lost and Found Centre stasiun atau ke pos polisi terdekat.
Koordinasi pengembalian barang hilang juga umumnya lancar dan cepat.
Dengan kereta, parameter efisiensi waktu juga terpenuhi. Perusahaan Jepang sangat ketat dengan jam kerja, dengan kereta bisa mengatur pas jadwal berangkat dan tiba di kantor.
Kalau kereta terlambat, petugas stasiun membagikan secarik nota kecil tanda keterlambatan. Dengan memperlihatkan nota ini, tanpa perlu berpanjang lebar kata, kantor tidak akan mempermasalahkan lagi keterlambatan pekerjanya. Beda jika menggunakan mobil pribadi.
Menurut data, pengguna kereta Tokyo kini mencapai 14 miliar per tahun. Saking padatnya hingga ada petugas khusus dikenal sebagai pusher atau Oshiya.
Mereka mengemban tugas mendorong, menjejalkan sebanyak mungkin penumpang serta memastikan pintu kereta tertutup aman.
Terutama di pagi hari, saat dimana stasiun kereta di Tokyo dipenuhi jutaan manusia setengah berlari mengejar impian dan harapan hidup layak.(*)
Tulisan ini juga diterbitkan pada harian Tribun Timur edisi, Sabtu (30/10/2021).
