PLN
Sulawesi Jadi Sistem Listrik EBT Terbesar di Tanah Air
Sulawesi memiliki berbagai potensi EBT, mulai dari sumber daya air, panas bumi, tenaga bayu, dan lainnya.
TRIBUN-TIMUR.COM, PALU - PT PLN (Persero) fokus mengembangkan pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik di berbagai wilayah tersebar di Indonesia.
Sulawesi menjadi sistem dengan porsi EBT terbesar di Tanah Air.
Sulawesi memiliki berbagai potensi EBT, mulai dari sumber daya air, panas bumi, tenaga bayu, dan lainnya.
Untuk memanfaatkan sumber daya air yang ada, PLN sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebagai pembangkit EBT yang dapat beroperasi 24 jam secara stabil dan dapat menopang beban puncak sistem.
Salah satu proyek PLTA yang tengah digarap di Sulawesi, ialah PLTA Poso Peaker yang berkapasitas total 515 megawatt (MW) dan dikelola oleh PT Poso Energy.
Pengembangan ini penting mengingat kebutuhan energi untuk mendorong pertumbuhan investasi yang berdampak pada masyarakat.
Apalagi, di kawasan Sulawesi Tengah telah berdiri Kawasan Ekonomi Khusus Kota Palu, dengan industri smelter yang juga turut berkembang di dalamnya.
Rencananya, pada akhir tahun ini, PLTA Poso Extension Stage 2 berkapasitas 200 MW juga akan mulai beroperasi dan memperkuat sistem kelistrikan berbasis EBT di Tanah Air.
Saat ini, bauran EBT di Sulawesi sebesar 32,2 persen.
Dengan rampungnya PLTA Poso Extension Stage 2, maka bauran EBT di Sulawesi menjadi 38,9 persen.
Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, Wiluyo Kusdwiharto, mengatakan saat ini PLN sudah memiliki peta jalan yang jelas sebagai bagian program transisi energi termal menuju EBT. Prosesnya pun dilakukan bertahap.
“Jadi kita lakukan secara bertahap, Insya Allah pada 2025 ada satu pembangkit thermal (PLTU) yang kami replace menjadi pembangkit EBT terutama PLTA, PLTP, kemudian Bayu dan Photovoltaic (PLTS).”ujarnya.
Selain itu, PLN juga tengah mengembangkan program co-firing yang merupakan substitusi sebagian batubara dengan biomasa di PLTU eksisting. Melalui program co-firing, akan mengurangi GRK dan meningkatkan bauran EBT.
“Program Co-Firing sekaligus menjadi program pemberdayaan masyarakat, karena melibatkan partisipasi masyarakat dalam penyediaan bahan baku biomasa dari potensi setempat seperti limbah perkebunan yang disuplai kepada kami dan dapat menggantikan sebagian batu bara,” ujarnya.
Secara keseluruhan, daya mampu EBT di Sulawesi sebesar 961,173 megawatt (MW), sementara daya mampu netto 2.980,753 MW.