Opini Aswar Hasan
MAULID NABI MUHAMMAD SAW: Memuliakan Nabi Tanpa Mengultuskannya
Maulid adalah syiar Islam sebagai momen refleksi kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW tanpa harus terjebak untuk mengkultuskannya.
Di era sekarang, kita butuh suri tauladan sebagai patron kehidupan di tengah krisis ketauladanan kepemimpinan, terutama bagi setiap pemimpin dari level terendah hingga tertinggi.
Dari pemimpin informal sampai pemimpin formal dalam bernegara.
Kesemuanya hendaknya menjadikan Nabi Muhammad sebagai roel model dan bingkai dari setiap langka kepemimpinannya, terutama dalam hal amanah dalam mengemban tugas dan fungsinya.
Jauh dari kebohongan baik yang tersembunyi, apalagi yang terang-terangan.
Betapa tidak, karena saat ini mencari pemimpin yang jujur, sungguh sudah sangat sulit, karena pemimpin yang sudah kerap terbukti berbohong saja, masih dipertahankan. Bahkan diidolakan karena pertimbangan satu dan lain hal.
Terkait dengan pemimpin yang suka bohong dan zalim, dengan segenap para pengikutnya yang membenarkannya, Rasulullah mengingatkan, sebagaimana dalam hadits yang menyatakan; “Dari Ka’ab bin ‘Ujrah (diriwayatkan) ia berkata: Rasulullah saw menghampiri kami, kami berjumlah sembilan, lima, dan empat.
Salah satu bilangan (kelompok) dari Arab sementara yang lain dari ‘Ajam.
Beliau bersabda: Dengarkan, apa kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku nanti akan ada pemimpin-pemimpin, barangsiapa yang memasuki (berpihak kepada) mereka lalu membenarkan kedustaan mereka serta menolong kezaliman mereka, ia tidak termasuk golonganku dan tidak akan mendatangi telagaku.
Barangsiapa tidak memasuki (berpihak kepada) mereka, tidak membantu kezaliman mereka dan tidak membenarkan kedustaan mereka, ia termasuk golonganku, aku termasuk golongannya dan ia akan mendatangi telagaku." Hadits tersebut, telah disahihkan oleh ahli hadist Nashiruddin Albani.
Sebagai umat yang ingin selamat (berislam) secara benar dan utuh, wajib hukumnya memuliakan dan meneladani Nabi Muhammad.
Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (Q.S [3] Ali Imron: 31).
Disadari, masih banyak dari kalangan muslim yang belum memuliakan Nabi Muhammad secara baik dan benar, apalagi menauladaninya.
Masih ada yang menjadikan tauladan selain Nabi Muhammad,SAW. Sebaliknya, ada juga yang memuliakan Nabi Muhammad secara berlebih hingga mengkultuskannya melebihi kapasitasnya sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya (utusan Allah)
Sementara itu Nabi Muhammad, SAW tidak mau dikultuskan, apalagi dipuja, hingga diberhalakan.
Beliau hanya ingin dicintai dan disayangi oleh pengikutnya dengan cara menjaga warisannya (Alquran dan Hadist). Itulah peninggalannya yang paling penting dalam menjalani hidup sebagai seorang muslim, maupun sebagai manusia yang diberi mandat sebagai khalifatu fil ardhi-pemimpin di atas bumi.