Inilah Morume Keya Busup atau MB Provokator Kerusuhan di Deikai Yahukimo Papua, 6 Tewas dan 41 Luka
Polisi berhasil menangkap aktor sekaligus provokator penyerangan warga Suku Yali di Distrik Deikai, Kabupaten Yahukimo, Papua.
”Aparat menyita sejumlah barang bukti dari penangkapan MB, yakni sembilan busur panah, sebilah parang, satu kapak, dua telepon seluler, dan sejumlah barang lainnya,” kata Ahmad.
Ia menuturkan, MB telah masuk daftar pencarian orang sebelum dirinya ditangkap.
Ia juga merupakan pemimpin Suku Kimyal yang terlibat aksi penyerangan.
”Situasi keamanan di Deikai pasca-penangkapan MB masih kondusif. Aparat keamanan masih tetap bersiaga untuk mengantisipasi aksi susulan dari warga Suku Kimyal setelah pemimpinnya ditangkap,” tutur Ahmad.
Menghasut
Ia menambahkan, MB dijerat dengan Pasal 160 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang penghasutan yang memicu gangguan keamanan di tengah masyarakat.
MB terancam pidana penjara paling lama enam tahun.
Sebanyak 22 orang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Yahukimo dalam aksi penyerangan warga di Deikai.
Selain mengamankan 22 tersangka, Polres Yahukimo juga menyita barang bukti berupa satu unit mini bus, enam buah HP, 220 buah anak panah, lima parang, satu linggis dan satu kampak.
Jumlah masyarakat Suku Yali yang mengamankan diri sebanyak 3.609 jiwa.
Mereka berada di Mapolres Yahukimo, Gereja Gidi Evanhastia, dan Markas Koramil Dekai.
Bupati Yahukimo Didimus Yahuli menyampaikan terima kasih kepada TNI-Polri yang telah menyediakan tempat bagi para warga yang mengungsi.
Ia berharap situasi di Deikai, ibu kota Yahukimo, kembali kondusif seperti semula.
Juru bicara Jaringan Damai Papua, Yan Christian Warinussy, menyesalkan aksi kekerasan terhadap warga di Deikai yang menyebabkan jatuh korban jiwa dan luka-luka.
Ia meminta Polda Papua segera mengambil langkah tegas dan terukur untuk menghentikan konflik ini.
”Jaringan Damai Papua menyerukan agar Polda Papua bersinergi bersama Pemda Yahukimo untuk menghentikan konflik horizontal tersebut. Kami berharap konflik seperti ini tidak terjadi lagi di tanah Papua,” kata Yan.(*)