Tribun Luwu Timur
Periode Januari-September 2021, Luwu Timur 105 Kali Diguncang Gempa Bumi
Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat 105 kali diuguncang gempa bumi.
Penulis: Ivan Ismar | Editor: Sudirman
TRIBUNLUTIM.COM, MALILI - Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat 105 kali diuguncang gempa bumi.
Jumlah tersebut tercatat dari Januari hingga 3 September 2021.
Kasi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Timur, I Kadek Suarta mengatakan, kejadian gempa ini berasal dari Luwu Timur dan luar Luwu Timur.
"105 kejadian gempa di Luwu Timur terjadi sejak Januari hingga 3 September 2021,"
"Rata-rata kejadian gempa di Luwu Timur akibat sesar Matano," kata I Kadek Suarta kepada TribunLutim.com di kantornya, Jumat (3/9/2021) siang.
Untuk laporan kerusakan dari 105 kejadian gempa tersebut kata I Kadek Suarta tidak ada.
"Karena rata-rata getaran gempa masih kecil," ujar dia.
Operator Pelaksana Teknis Tugas Pusdalops BPBD Luwu Timur, Asep Suyatna menambahkan gempa yang terjadi di skala MMI di II dan III.
"Kalau di skala MMI IV sampai 12 itu sudah ada dampak kerusakan yang terlihat," kata Asep.
Lebih lanjut, Asep mengatakan kalau khusus rata-rata magnitudonya gempa di Luwu Timur, berada diangka 2 sampai 5.0 SR.
Kabupaten Luwu Timur adalah daerah di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang intensitas gempa tinggi.
"Bisa dikatakan bahwa bencana gempa bumi masuk kategori intensitas paling tinggi di Luwu Timur," imbuh Asep.
Selain gempa bumi, bencana yang biasa terjadi di Luwu Timur adalah banjir, longsor dan cuaca ekstrem lainnya.
Saat ini, wilayah Kabupaten Luwu Timur kerap diguyur hujan setiap harinya.
Warga pun diimbau mewaspadai terjadinya banjir, khususnya warga yang berada di Kecamatan Kalaena.
Musim Hujan Lebih Cepat
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar, Rekun Matandung memprediksi musim penghujan akan lebih cepat tahun ini.
BMKG pusat telah merilis bahwa musim hujan akan maju dari bulan November ke Oktober.
"Normalnya di November, maju ke Oktober. Ada indikasi pengaruh La Nina, sehingga musim hujan akan maju," ucap Rekun Matandung kepada tribun-timur.com, Minggu (29/8/2021) siang.
Menurutnya, kondisi ini lebih cepat diatas normal, hanya saja intensitasnya tidak terlalu ekstrem.
"Kebalikannya dari tahun lalu, 2020 itu musim penghujan lambat masuk, kemaraunya panjang," ujarnya.
Lanjutnya, secara normal Indonesia khususnya Sulsel masih ada di musim kemarau.
Tapi kemarau tahun ini sedikit lebih basah, karena terdapat hujan cukup banyak.
"Sebenarnya musim kemarau bukan berarti tida ada hujan, tetap ada hujan tapi tidak signifikan. Beberapa hari terakhir kita mengalami hujan di daerah yang harusnya masuk puncak kemarau," jelasnya.
Sekedar diketahui, pada Sabtu (28/8/2021) Kabupaten Luwu Utara, Soppeng dan Wajo dilanda banjir.