Tribun Sinjai
Periode Januari-Juli, Ada 43 Kasus DBD di Sinjai
Penyakit DBD ini banyak menyerang warga di delapan kecamatan diluar Kecamatan Pulau Sembilan.
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Hasriyani Latif
Perbedaan Demam Berdarah dengan Demam Biasa
Indonesia saat ini tengah memasuki musim pancaroba atau peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau.
Salah satu penyakit yang rentan terjadi di musim pancaroba seperti saat ini adalah, demam berdarah dengue (DBD).
DBD adalah salah satu penyakit yang perlu diwaspadai. Seperti pada beberapa penyakit lainnya, demam adalah gejala utama pada demam berdarah.
Namun, ada perbedaan yang cukup mencolok pada gejala yang dialami penderita demam berdarah.
"Bedanya dengan (demam) penyakit lain, pada demam berdarah panasnya agak bandel dan sifatnya akut."
Hal itu diungkapkan oleh dr Yudhie krisna wibowo, Sp.A, M. Biomed dari Eka Hospital Cibubur beberapa waktu lalu.
Demam pada penderita demam berdarah bisa mendadak tinggi meskipun baru terjadi pada satu atau dua hari pertama.
Selain itu, meskipun sudah mengonsumsi obat penurun demam, suhu tubuh penderita demam berdarah hanya turun sedikit atau hampir tidak turun sama sekali.
Sementara demam karena infeksi lain pada umumnya dapat mereda ketika penderita diberi obat penurun demam, meskipun beberapa jam setelahnya demam mungkin akan kembali jika belum sembuh betul.
"Angka demamnya saja (turun), tapi kalau dirasakan di badan kita atau orang yang demam dipegang, panasnya masih terasa," katanya.
Selain itu, penderita demam berdarah juga bisa mengalami keluhan lainnya yang membuat kondisi badan semakin turun, seperti badan pegal-pegal, linu di persendian, sakit kepala, nyeri di belakang mata, hingga risiko pendarahan seperti mimisan, bintik-bintik di bawah kulit atau gusi berdarah.
"Makanya disebut demam berdarah karena disertai manifestasi gejala pendarahan," papar dr. Yudhie.
Pelana Kuda
Pada demam berdarah dikena istilah grafik "pelana kuda".