Inmemoriam Wahyuddin Abubakar
Inmemoriam Wahyuddin Abubakar, Penyiar Baik Hati itu Telah Pergi
Beberapa hari sebelum meninggal, setelah pesawat yang ia tumpangi landing di Palu, Wahyuddin Abubakar, masih bercanda dengan para sahabatnya
Penyiar Baik Hati itu Telah Pergi
Oleh Aswar Hasan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Semakin meyakinkan, bahwa umur tidak pandang bulu atau kompromi jika akan berakhir.
Tidak pilih muda atau tua, sakit atau sehat, pendosa atau orang baik, dimana atau kapan saja, dan dengan cara apa saja, umur bisa berakhir tanpa pernah kita duga.
Jika sampai saatnya, ia kan berakhir tanpa bisa diperpanjang atau pun dipersingkat.
Itulah misteri hidup, sekaligus merupakan sisi ketidaktahuan manusia selaku manusia yang berpengetahuan.
Berita meninggalnya Wahyuddin Abubakar Alias Bobi, penyiar Radio Merkurius FM serta TVRI Sulsel.
Sungguh menghenyakkan para sahabatnya dan handai taulan.
Beberapa hari sebelum meninggal, setelah pesawat yang ia tumpangi landing di Palu, Wahyuddin Abubakar yang lebih akrab disapa Bobi, masih bercanda dengan para sahabatnya.
Tidak tampak tanda- tanda bahwa beliau akan lebih dahulu menghadap Sang Pencipta, hingga tidak akan kembali lagi di dunia ini yang pana ini.
Dia masih tetap berolahraga aktif bersiaran – menjadi produser atau pun host bagi nara sumber yang terpilih di Radio Mercurius dan TVRI Sulsel.
Siaran yang ia pandu memang enak di dengar dan ditonton, karena selain terarah dan terstruktur, juga istiqamah di jalur kode etik penyiaran.
Ia piawai menggiring narasumber untuk berkomentar kritis atau pun keras, tetapi tetap hati- hati dalam membingkai agar komentar narasumbernya tidak menjurus ke hal-hal yang tidak mengenakkan atau menyakitkan pihak atau obyek (pihak) yang dikritik.
Kepiawaian menjadi host acara seperti itu, tidak hanya dipersyaratkan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan penyiaran yang memadai tetapi juga harus di topang oleh jam terbang yang tinggi.
Dan, keduanya tampak secara nyata telah dikuasai atau dimiliki oleh Almarhum Bobi.
Tidak salah jika Departemen Ilmu komunikasi Fisip Unhas, memercayainya menjadi dosen luar biasa untuk mengampu mata kuliah tentang penyiaran.
Dalam rangka membekali dirinya terkait teori teori Ilmu Komunikasi dalam mengajar, almarhum sempat meminjam buku saya yang berjudul; Komunikasi Serba Ada Serba Makna, karangan Prof Dr Alo Liliweri, yang tebalnya 1086 halaman.
Cukup lama ia pinjam saya mengerti untuk tidak cepat meminta di kembalikan, karena buku itu sangat tebal dan perlu waktu yang tidak singkat untuk membacanya.
Namun, pada saat saya butuh juga itu buku, almarhum akhirnya juga mengembalikannya dengan tidak lupa mengucapkan terima kasih, sembari mendiskusikan secara singkat isi buku tersebut.
Ternyata, almarhum termasuk sedikit diantara para peminjam buku yang baik.
Betapa tidak, ketika saya meminjamkan buku saya tersebut, terngiang di benak saya sebuah kalimat “Meminjamkan buku, adalah perbuatan bodoh, tetapi mengembalikan buku yang telah dipinjam, jauh lebih bodoh”.
Alhamdulillah, Bobi tidak termasuk kategori manusia peminjam buku yang mengusik swasangka saya.
Bobi adalah sosok kutu buku yang doyan berdiskusi, bertukar pikiran tentang masalah bangsa dan negara kita. Menurut kolega saya sesama dosen di Departemen Ilmu Komunikasi, Dr Mulyadi Mau “Almarhum ini maniak baca. Kemana-mana selalu bawa buku”.
“Sekitar tahun 2009-2010 kami sama2 ikut pendidikan di Radio Netherland Training Center (RNTC) & School of Broadcast Media (SBM). Bahasa inggrisnya bagus.
Selama ikut pendidikan kami selalu sekamar. Maklum sama2 dari Makassar. Ibadah shalatnya mantap. Selalu tepat waktu. Setiap ada waktu luang dia manfaatkan untuk baca buku.
Sementara itu, menurut kolega sesamanya penyiar Andi Mangara, Bobi adalah sosok berhati baik, lebih memilih mengalah daripada terjadi konflik.
Senang menyenangkan hati kawan, meski pun itu mungkin saja tidak berkenan di hatinya sendiri.
Beberapa waktu sebelum beliau dipanggil yang Maha Kuasa, kata Andi Mangara, “... kami di Mercurius FM telah sepakat membuat buku yang berjudul "The other side of mercurius..masa depan sebuah masa lalu...dan, Bobi di percaya sebagai. Koordinator penulisan buku. Insyahallah kami akan tetap melanjutkan penulisan buku ini pa aswar..” kata Andi Mangara kepada saya.
Cerdas Tapi Rendah Hati
Asumsi bahwa konon, umumnya orang cerdas itu, tinggi hati, dan kerap menyudutkan secara tanpa tedeng aling-aling sebuah kebodohan, tidak berlaku bagi seorang Bobi.
Pernah, saya bersama beberapa narasumber dimana Bobi adalah hostnya. Nara sumber di samping saya sempat berkomentar konyol tapi ngotot ketika menjawab pertanyaan Bobi sebagai host.
Namun Bobi tidak kehilahangan keseimbangan kearifan dan kecerdasan demi menjaga selera pemirsa, apalagi mempermalukan narasumbernya yang sok tahu itu, hingga acara talk show yang ia pandu itu, berakhir dengan indah tanpa ada yang tergerus perasaannya, tetapi pemirsa bisa mengambil hikmah dan simpulan masing-masing tanpa merasa diperbodoh.
Itulah kearifan dan kecerdasan Bobi selaku penyiar yang baik hati.
Selamat jalan Bobi, engkau telah menunaikan tugas kekhalifahanmu di bumi dengan selalu taat dalam ibadahmu kepada sang Khalik.
Terkirim Al Fatihah untuk Ruhmu, Bobi Wahyuddin Abubakar, penyiar yang baik hati dan cerdas dalam bingkai kearifan yang biasanya hanya kerap bersemayam di dalam diri seorang yang sudah berumur.
Namun secara dini engkau telah memilikinya. Seolah Tuhan memadatkan usiamu dengan kematangan kearifan, untuk hidup di dunia yang singkat ini.
Selamat jalan Adinda Wahyuddin Abubakar. Wallahu a'lam Bishshawabe.(*)