Tribun Bulukumba
Penyaluran Beras Tak Maksimal di Bulukumba, Bulog Minta Jadi Penyalur BPNT
Serapan beras di Perum Bulog Bulukumba sudah terhenti sejak Mei 2021 lalu karena gudang Bulog sudah penuh.
Penulis: Firki Arisandi | Editor: Suryana Anas
TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG BULU - Serapan beras di Perum Bulog Bulukumba sudah terhenti sejak Mei 2021 lalu.
Pasalnya, seluruh gudang Bulog yang ada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel), sudah penuh.
Wakil Bupati Bulukumba, Andi Edy Manaf, telah meninjau langsung kondisi gudang Bulog, Rabu (9/6/2021) lalu.
Dan benar saja, masih ada beras tahun 2020 yang hingga kini belum tersalur.
Kepala Cabang Bulog Bulukumba, Ervina Sulaeha, tak menampik hal itu.
Namun, pekan depan, kata dia, bakal ada penyaluran beras ke Manokwari sebanyak 500 ton.
"Tergantung dari kapal juga yang akan mengangkut. Mungkin minggu depan sudah ada kapal yang mengangkut di Manokwari," jelas Ervina.
Ervina juga meminta bantuan Pemda Bulukumba kepada Bulog, agar penyaluran beras bisa maksimal.
Seperti misalnya menjadi penyalur beras Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
"Kami harap pemda membantu kami juga misalnya dalam penyaluran BPNT, dan juga mungkin natura ASN untuk pegawai-pegawai yang ada di Bulukumba," jelasnya.
Sebelumnya, anggota DPRD Bulukumba Fraksi Golkar, Asri Jaya menyebut jika gudang penuh tak boleh menjadi alasan Bulog untuk menghentikan serapan gabah dan beras petani.
"Harusnya kabulog tidak boleh kehabisan akal untuk berinovasi. Gabah dan beras petani harus diserap supaya ekonomi petani tetap berputar," kata Asri.
Petani dan pengusaha gabah dan beras di Bulukumba, kata Asri, jelas sangat terdampak.
Sehingga Asri menegaskan, jika pemerintah harus hadir dan tidak boleh membiarkan rakyatnya terhimpit dalam situasi ketidakpastian.
Apalagi terkait dengan pemasaran hasil produksi petani.
Karena ini berhubungan langsung untuk kesejahteraan para petani sebagai penyangga pangan.
"Salah satu solusi pemerintah dalam hal ini, kabulog harus menambah menyiapkan gudang gudang cadangan untuk menampung gabah beras petani agar serapan itu tetap terjaga," jelas Asri.
Dengan tertutupnya serapan beras di Bulog, menjadi salah satu faktor turunnya harga gabah petani.
Karena pengusaha penggilingan merasa tidak ada garansi dari pemerintah dalam hal ini Bulog terkait pasar dan serapan berasnya.
Sehingga para tengkulak bisa saja datang dan membeli gabah petani dengan harga murah.
"Dan ini tidak boleh dibiarkan, tengkulak bisa rugikan petani. Ini juga memicu para pengusaha melarikan gabahnya keluar kabupaten, katakanlah Sidrap yang selama ini jadi sasaran para tengkulak," jelas dia. (TribunBulukumba.com)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Firki Arisandi
