Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Bulukumba

Bulog Bulukumba Hentikan Serapan Beras, Asri Jaya: Tidak Boleh Dibiarkan

Anggota Fraksi Golkar DPRD Bulukumba, Asri Jaya, juga angkat bicara terkait penuhnya gudang Perum Bulog Bulukumba.

Penulis: Firki Arisandi | Editor: Suryana Anas
Humas DPRD Bulukumba
Anggota Fraksi Golkar DPRD Bulukumba, Asri Jaya 

TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG BULU - Anggota Fraksi Golkar DPRD Bulukumba, Asri Jaya, juga angkat bicara terkait penuhnya gudang Perum Bulog Bulukumba.

Sebelumnya, dua gudang milik Bulog Bulukumba menghentikan serapan beras, karena gudang yang telah penuh.

Itu tak hanya berdampak kepada pada pedagang penggiling beras, pun kepada para petani.

Olehnya itu, Asri Jaya menyebut jika gudang penuh tak boleh menjadi alasan Bulog untuk menghentikan serapan gabah dan beras petani.

"Harusnya kabulog tidak boleh kehabisan akal untuk berinovasi. Gabah dan beras petani harus diserap supaya ekonomi petani tetap berputar," kata Asri, Selasa (8/6/2021).

Petani dan pengusaha gabah dan beras di Bulukumba, kata Asri, jelas sangat terdampak.

Sehingga Asri menegaskan, jika pemerintah harus hadir dan tidak boleh membiarkan rakyatnya terhimpit dalam situasi ketidakpastian.

Apalagi terkait dengan pemasaran hasil produksi petani.

Karena ini berhubungan langsung untuk kesejahteraan para petani sebagai penyangga pangan.

"Salah satu solusi pemerintah dalam hal ini, kabulog harus menambah menyiapkan gudang gudang cadangan untuk menampung gabah beras petani agar serapan itu tetap terjaga," jelas Asri.

Dengan tertutupnya serapan beras di Bulog, menjadi salah satu faktor turunnya harga gabah petani.

Karena pengusaha penggilingan merasa tidak ada garansi dari pemerintah dalam hal ini Bulog terkait pasar dan serapan berasnya.

Sehingga para tengkulak bisa saja datang dan membeli gabah petani dengan harga murah.

"Dan ini tidak boleh dibiarkan, tengkulak bisa rugikan petani. Ini juga memicu para pengusaha melarikan gabahnya keluar kabupaten, katakanlah Sidrap yang selama ini jadi sasaran para tengkulak," jelas dia.

Dan jika ini terjadi, lanjut Asri, apeslah petani di Bulukumba di tengah biaya produksi yang begitu tinggi, dan tiba-tiba giliran dipasarkan dibeli sama tengkulak dengan harga miring.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved