Refleksi Ramadan 1442
Siapa yang Berhak Idul Fitri?
harus dikatakan bahwa setiap orang harus berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas puasa yang telah kita lakukan selama bulan Ramadan.
Oleh: Supratman Supa Athana
Dosen Sastra Asia Barat FIB Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kehadiran fajar bulan Syawal, bulan Ramadan berakhir, Idul fitri pun tiba.
Hari suci Idul fitri merupakan salah satu hari raya besar Islam karena keutamaan kebajikan untuk bulan ini bahwa perbuatan baik diterima dan dosa-dosa diampuni.
Selayaknya memang merayakan hari Idul fitri dengan banyak puja-puji kepada Tuhan.
Puji bagi Tuhan, yang rahmat-Nya tidak membuat kecewa, karunia-Nya melimpah tiada habisnya, pengampunan-Nya sungguh luas tidak ada yang putus asa, dan yang beribadah dan penyembah-Nya tidak boleh berkecil hati, Tuhan yang rahmat-Nya tidak terputus dan berkah-Nya tiadak akhir.
Secara etimologi Idul Fitri berasal dari dua kata. Id berasal dari fi’il ‘aada – ya’uudu yang artinya kembali.
Fitrah berasal dari asal kata fathara – yafthuru yang artinya membelah, terbit, tumbuh.
Fitrah dalam hadits artinya agama yang menjadi tabiat dasar pembawaan.
Fitrah bermakna pembawaan yang diciptakan kepada bayi di dalam perut ibunya.
Jadi Idul Fitri berarti kembali kepada kemenangan dan kebahagian sempurna disebut 'Idul Fitri' lantaran ketaatan di bulan suci Ramadan untuk menjalankan ibadah wajib puasa selama sebulan yang mengembalikan manusia pada jiwa yang penuh dengan kemurnian sebagaimana pada awal mula lahirnya di muka bumi.
Dasar kodrat manusia adalah tauhid dan teisme.
Kemusyrikan dan politeisme hanya masalah sementara yang tertutup ketika dalam kondisi tidak stabil dan kehilangan harapan.
Suatu saat nanti, suka atau tidak suka, manusia pasti akan kembali ke keyakinan tauhid.
Bagaimana pun juga, manusia pasti punya keinginan untuk kembali ke kodrat aslinya yang murni dan suci.