Nadiem Makarim
Opini Muhammad Ramli Rahim: Nadiem Makarim dan Menteri Odong-odong Tapi Beban Seperti Truk Gandeng
Baca Opini Muhammad Ramli Rahim: Nadiem Makarim dan Menteri Odong-odong Tapi Beban Seperti Truk Gandeng
TRIBUN-TIMUR.COM - Penambahan beban kerja Nadiem Makarim yang dilantik hari ini sungguh makin mengkhawatirkan masa depan dunia pendidikan kita, betapa tidak, beban Kemdikbud yang dulu hanya menangani pendidikan dasar dan menengah lalu bertambah dengan pendidikan tinggi, kini makin berat dengan pertambahan urusan riset dan teknologi.
Seperti yang kita ketahui bersama pendidikan dasar dan menengah kita amburadul ditangan Nadiem Makarim apalagi ditambah dengan Pandemi Covid-19.
Nadiem Makarim seperti bukan Nadiem Makarim yang sukses di perusahaan, tak ada ide baru, tak ada inovasi yang ada adalah kebijakan tidak tepat waktu dan tidak tepat sasaran.
Penambahan beban baru bagi Nadiem Makarim ini seperti Odong-odong yang diberikan beban muatan Truk Gandeng.
Kebijakan Pendidikan Nadiem Makarim banyak kontroversial, paradoks dan sering kali diikuti dengan klarifikasi dan revisi seperti misalnya :
1. Program Pendidikan Guru Penggerak yang diprogramkan selama 9 bulan hingga saat ini, berdampak kepada para guru penggerak selama mengikuti program banyak meninggalkan kewajiban di kelas, masih untung karena pembelajaran masih dalam jaringan.
Belum selesai dengan jumlah guru yang masih kurang, bertambah beban berat kelas dan pembelajaran di tinggalkan karena mengikuti program bombastis tanpa kajian akademik yang mendalam.
Belum lagi Program Sekolah Penggerak yang proses seleksinya begitu sangat ketat, menyita dan menforsir waktu dan tenaga yang ada menjadikan program sekolah penggerak tidak efektif.
Guru penggerak ini sesungguhnya bukan ide baru karena sudah dilaksanakan oleh IGI saat kami memimpin IGI 2016 hingga 2021 dengan konsep yang jauh lebih baik, hasil yang lebih jelas dan tanpa bergantung APBD dan APBN serta tidak menggangu aktivitas belajar mengajar.
PGP ini lebih fokus mempersiapkan guru menjadi pemimpin perubahan dan ini harus mendapatkan evaluasi maksimal secara berkala.
2. Gebrakan dan perubahan yang ditawarkan seolah “baru” dalam kenyatannya program pendidikan yang bertumpu kepada pendekatan kontekstual, berfokus kepada siswa, bahkan merdeka belajar sekalipun bukanlah hal baru dan alih-alih mengingkin transformasi justeru malah kembali kepada konsep lama.
3. POP yang belum diselesaikan permasalahan dan polemiknya dengan hasil review penerima program OP di tahun 2020, dijalankan di tahun 2021 tanpa ada perubahan sama sekali.
Perubahannya hanya pada distribusi tingkatan program (Gajah, Macan dan Kijang). Belum lagi beberapa OP meminta turun tingkatan dari Gajah ke Macan, dls.
Evaluasi yang dijanjikan tidak ada dampak dan perubahannya.
4. Pelibatan Pelatih Ahli atau Master Coach yang banyak melibatkan pihak eksteksternal yang dianggap expert judgement yang tidak memiliki kriteria yang jelas dan disetting rekruitmennya terbuka non-PNS dalam proses kajiannya 70 % banyak fokus kepada honor Master Coach yang besarannya sangat tidak masuk akal mulai dari 10 sd 30 Juta/bulan.