Mukjam Ramadan
AL QURAN; Terima Wahyu Perdana, Tanggal 21 Ramadan Muhammad bin Abdullah Tak Puasa
TERNYATA di usia 40 tahun, Muhammad bin Abdullah pernah tak menunaikan puasa di bulan Ramadan?
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Edi Sumardi
Thamzil Thahir
Editor In Chief Tribun Timur
TERNYATA di usia 40 tahun, Muhammad bin Abdullah pernah tak menunaikan puasa di bulan Ramadan?
Kenapa?
Begini kisahnya.
Senin, 21 bulan 9 sebelum Hijriyah tahun 610 Masehi.
Fatimah Azzahrah, belum banyak tahu kegelisahan spritual ayahnya, Muhammad bin Abdullah.
Ia masih usia lima tahun.
Kakak tertuanya Zainab binti Muhammad ( 599 – 629), tengah beranjak remaja.
Ibunya, Khadija bint Khuwaylid (555-619 M), mengingatkan dua anak wanita lainnya, Ruqayyah bint Muhammad ( 601 – 624 M) dan Umm Kulthum binti Muhammad ( 603 – 630 M), untuk tidak melepaskan pandangan ke si bungsu, Fatimah.
Peringatan Khadijah ini beralasan.
Ia tengah hamil muda.
Di dalam kandungannya Tahir bin Muhammad, atau Abdullah bin Muhammad (611-615), enam bulan lagi lahir.
Konsentrasi Khadijah terbagi.
Selain memelihara empat putrinya, wanita saudagar bani Hasyim ini, juga harus menjalankan usaha perdagangan.
• THATAWWAA; Taati Saja, Jangan Banyak Tanya
Di sisi lain, suaminya, Muhammad, empat bulan terakhir lebih banyak berkhalwat, menyendiri di luar Mekkah.
Khadijah senantiasa menyiapkan bekal, air, kurma dan roti untuk suami tercinta.
Konon Fatimah, kerap diam-diam melihat ayahnya, di pagi hari, berjalan menuju Jabal Nur, gunung batu di timur lembah Kakbah.
Di puncak terjal Gunung berjarak 5,4 km, ketinggian 664 mdpl itu, senantiasa jadi tujuan Muhammad.
Di tebing datar, ada sebuah gua di ketinggian 280 m.
Dari hitungan langkah dari kaki bukit ke gua butuh sekitar 1750 langkah, dengan bebatuan cadas, dan kemiringan antara 48 hingga 90 derajat.
Dengan jalan kaki, dari Kota Mekkah butuh sekitar 4 hingga 5 jam.
Luas dataran gua sekitar 3,7 m.
Dengan tinggi mulut gua 1.60 m, Muhammad harus menundukkan kepala untuk masuk.
• SAHIDA: Karena Ramadan Bukan untuk Orang Arab (saja)
Gua yang kemudian dikenal dengan Gua Hira, (غار حرأ) inilah Muhammad berdiam diri, senjang hari hingga malam.
Itulah kenapa sang istri salalu membekali suaminya, makan dan air putih dari mata air sekitar Kakbah.
Malam hari, 21 Ramadan di Gua Hira itulah, wahyu pertama turun ke Bumi (Al Alaq:1-5).
Malam itu, Nabi berusia 40 tahun, 6 bulan, 12 hari menurut kalender hijriyah.
Atau sekitar 39 tahun, 3 bulan dan 20 hari menurut kalender Masehi.
Perintah membaca dengan nama Rabb pencipta inilah termasyhur.
Imaduddin Ibn Katsir juga menukil pendapat lain perawi hadislts bahwa wahyu pertama turun adalah ayat 1-3 surah Almudatsir (selimut dan perintah tabligh) dan ayat 1-7 surat Alfatihah (pembuka).
Kenapa Muhammad tak puasa, padahal saat itu bulan Ramadan?
Meski kala itu, Senin siang tanggal 21 Ramadan tahun 9 sebelum Hijriyah (610 M), saat itu belum ada perIntah puasa Ramadan.
Islam sebagai ajaran agama juga belum resmi diturunkan.
Saat perintah puasa Ramadan turun, Muhammad sudah mendapat mandat kerasulan dengan usia sekitar 52 tahun.
Perintah puasa Ramadan turun di bulan Syabban, 12 tahun setelah peristiwa turunnya wahyu pertama, tahun 622.
Perintah itu turun di ayat 183 hingga 187 Surah Albaqarah.
Bukan di Gua Hira, perintah puasa Ramadan justru turun tahun kedua Hijriyah, di Kota Madinah, sakitar 548 km dari Jabal Nur.
Sekadar diketahui, nama Bulan Ramadan itu juga khas pemberian Allah.
Lantas apakah momen turunnya wahyu pertama di Gua Hira itu dinamai Lailatul Qadr?
Perawi Hadis dan ulama sebagian besar berpendapat, bahwa Lailatul Qadr itu adalah malam dimana Alquran diturunkan, unzila (أُنزلَ) dari Arsy, langitnya Tuhan - dimana Muhammad- menerima perintah shalat saat Isra Mikraj, sekitar setahun sebelum hijrah ke Madinah.
Tak seperti 4 kitab suci lain, yang diturunkan "gelondongan" atau sebundel ke para Nabi dan Rasulnya, Alquran turun ke Bumi, secara berangsur; 23 tahun masa kerasulan.
Alquran diturunkan secara kontekstual (mauduui) untuk menjawab fenomena keumatan dan keIslam saat itu.
Keberangsuran turunnya Alquran dari langit bumi ke Bumi Mekkah dan Madinah inilah, yang mengkonfirmasikan adanya "asbabun nuzul" atau riwayat sebab turunnya ayat-ayat Quran.
Wallahu a'lam bi sabawab.(*)
Tabaria, 19 Ramadan 1442 H/ 29 April 2021