Refleksi Ramadan 1442
Mappabuka dalam Budaya Islam Bugis-Makassar, Rindu Masa Kecil di Labolong-Pinrang
Tradisi memberi buka puasa atau mappabuka dalam Bahasa Bugis tersebut tidak hanya di zaman Nabi dan para khalifah tapi juga marak di Bugis-Makassar
Oleh
Supa Athana
Dosen Sastra Asia Barat FIB Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - "Wahai manusia hendaklah kalian memberi buka puasa kepada orang-orang beriman yang berpuasa di bulan ramadan. Ketahuilah pahalanya di sisi Allah seperti kamu membebaskan budak dan segala dosa kalian di masa lalu akan diampuni,” kata Rasulullah pada suatu kesempatan di depan para sahabat beliau.
Beberapa sahabat serentak menyahut, "Ya Rasulullah, tidak semua dari kami dapat melakukan hal tersebut."
Rasulullah berkata, “Hindarilah api neraka (dengan memberi atau bersedekah kepada orang-orang beriman yang berpuasa) walau hanya dengan sepotong kurma atau seukuran seteguk air."
Tradisi indah memberi buka puasa dan penghargaan serta penghormatan terhadap hamba-hamba Tuhan yang saleh dan mulia adalah salah satu tradisi Islam yang telah lama menjadi perhatian dan kebiasaan umat Islam sepanjang zaman.
Tradisi memberi buka puasa atau mappabuka dalam Bahasa Bugis tersebut tidak hanya di zaman Nabi dan para khalifah Nabi SAW tetapi juga marak dalam tradisi muslim Bugis-Makassar.
Sebagian sebagian besar di wilayah nusantara juga masih melaksanakan tradisi memberi buka puasa, meski kemudian per hari ini tradisi itu mulai luntur seiring dengan maraknya aksi-aksi bunuh diri yang dilakukan oknum dengan mengatasnamakan Islam.
Fenomena aksi bom bunuh diri mulai marak setelah peristiwa peledakan gedung World Trade Center-New York, tahun 2001 silam.
Dengan keberhasilan orang-orang yang berpuasa menaklukkan hawa nafsu jiwanya, maka itu akan menyucikan hati mereka dari rasa marah, benci, dendam, korupsi, egois, dan perpecahan.
Orang-orang yang berpuasa itu mengubah kekeruhan dan kekasaran yang berasal dari hawa kejahatan menjadi kemurnian, keakraban, dan kasih sayang.
Bulan Ramadan adalah kesempatan terbaik untuk melakukan gerakan transformasi tersebut, sekaligus masa-masa untuk menyatukan hati dan jiwa bersama dengan orang-orang yang mengenal Tuhan.
Ramadan sangat potensial menjadi momentum untuk membangun dan menyatukan persaudaraan baik sesama Muslim, non Muslim maupun dengan seluruh makhluk ciptaan Tuhan, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Orang yang semakin suci hatinya, semakin lapang pula dadanya sehingga bisa menampung dan menerima segala macam perbedaan.
Keutamaan mappubaka atau memberi buka puasa juga disampaikan oleh Musa Ibn Ja’far, “Memberi pabbuka pada saudara beriman lebih mulia daripada puasa kita sendiri.”
Ja’far Shadiq juga mempertegas, ”Bila seseorang memberikan pabuka pada satu orang mukni maka dosa di tahun sebelumnya akan diampuni seluruhnya tahun. Apabila doa orang mukmim diberi pabuka maka pahalanya hanya Tuhan yang tahu dan disediakan pula olehnya tempat di surga.”
Keterangan di atas sangat cukup menjadi argumentasi sekirannya mappubaka punya perhatian khusus dalam tradisi Islam.