Inspirasi Ramadan Hamdan Juhannis
Bumi Kebermaknaan (4): Pengorbanan dan Arti Kesetiaan
Kesetiaan bukan pada antar siapa, tapi tentang mengapa. Kesetiaan itu lahir karena adanya ikatan suci yang sering tak tersentuh oleh penjelasan verbal
Oleh
Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pernah menonton film tentang Hachiko, kisah nyata seekor anjing di Jepang yang hilang dan terdampar pada seorang dosen, Professor Ueno, yang sebenarnya tidak suka memelihara Anjing.
Karena tidak ada yang ingin memeliharanya, dia terpaksa mengambilnya untuk menyelamatkannya.
Dia awalnya kecewa dengan anjing ini yang tidak memiliki kepiawaian bermain, dilatih mengembalikan bola yang dilempar, tapi tidak pernah bisa mengambilnya kembali.
Sampai dinasihati sama temannya, bahwa jenis anjing ini kelebihannya ada pada kesetiaannya.
Seiring dengan perjalanan waktu, terjadi pertautan hati antara dirinya dengan anjing itu, hubungan yang sangat dekat.
Terutama saat berangkat kerja selalu diantar sampai ke stasiun kereta, dan anjing itu setia menantinya di stasiun sampai dirinya pulang dari mengajar.
Suatu waktu di tempat kerja, professor itu terkena stroke dan dia meninggal, jasadnya dipulangkan tentu bukan lagi dengan kereta.
Namun Hachiko setia menunggunya di sana setiap jam 3 sore waktu pulang Professor Ueno. Menurut rekor yang tercatat, Hachiko menunggu kepulangan professor Ueno di sana selama 9 tahun 9 bulan 15 hari.
Sampai dia sendiri ditemukan meninggal di jalan sekitar stasiun itu.
Saya tidak bermaksud menceritakan perjalanan hidup Hachiko yang sudah dibaca, dipatungkan, atau difilmkan sampai ke Hollywood.
Saya hanya ingin mengajak untuk saling merenung tentang esensi kesetiaan.
Kesetiaan adalah produk rasa dan jiwa semua makhluk. Siapapun yang hidup memiliki potensi untuk bermental setia. Kesetiaan juga bisa lintas makhluk.
Pertautan jiwa antara binatang dengan manusia dalam cerita Hachiko membuktikan hadirnya kesetiaan yang tak berujung.
Kesetiaan itu bukan pada antar siapa, tapi tentang mengapa. Kesetiaan itu lahir karena adanya ikatan suci yang sering tak tersentuh oleh penjelasan verbal.