Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kisah Jusuf Hamka Pemilik Jalan Tol Mualaf Mendadak, Belajar Islam karena Penasaran

Inilah kisah Jusuf Hamka, pengusaha Kaya Raya memeluk agam Islam. Pengusaha pemilik jalan tol nasional itu bercerita dirinya mualaf mendadak di depan

Editor: Rasni
Tribun Jakarta
Jusuf Hamka berfoto di depan Masjid Babah Alun Desari 1 

Kejujuran, semangat dan kerja kerasnya bertahun-tahun, membawa seorang Jusuf Hamka pada kesuksesan.

Dalam akun instagramnya, @jusufhamka, ia bercerita di tahun 1986-1989 juga sempat menyambi sebagai seorang sopir traktor pembuat jalan di Desa Bukuan, Kecamatan Palaran, pinggir Sungai Mahakam dengan gaji Rp 750 ribu per bulan.

"Namun atas dasar kehendak dan dengan gerak Allah SWT, kun fayakun, si pembuat jalan tersebut saat ini telah dipercaya pemerintah sebagai pengelola Jalan Tol di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur, alhamdulillah, rezeki anak soleh," tulisnya dalam postingan Minggu, (4/4/2021).

Tak ada yang menyangka, seorang anak 'jalanan' seperti Jusuf kini bisa menjadi seorang pengusaha kaya raya, seorang pemilik jalan Tol swasta.

Jusuf percaya, tak ada yang tidak mungkin bila sang pencipta sudah berkehendak.

"Bahkan, saat ini PT CMNP dipercaya untuk mengerjakan proyek Harbour Road 2 di Jakarta senilai Rp 16 triliun dan NS Link di Bandung senilai Rp 9 triliun, total Rp 25 triliun," tulisnya.

Empat kunci sukses yang masih terus dipegang Jusuf hingga saat ini.

Di antaranya bekerja keras, jujur, bisa dipercaya, dan bakti kepada orangtua. Hal ini, yang menjadi senjata Jusuf memperoleh banyak kebaikan.

Kini, Jusuf juga punya cita-cita untuk membangun 1000 masjid.

Pembangunan ini, merupakan bentuk ikhtiarnya dalam menyebarkan kebaikan agama islam lewat caranya sendiri.

Masjid unik bergaya oriental, Masjid Babah Alun Desari 1
Masjid unik bergaya oriental, Masjid Babah Alun Desari 1 (Tribun Jakarta)

Salah satu masjid yang sudah dibangun, adalah masjid berbangunan unik dengan nuansa oriental, yakni Masjid Babah Alun Desari.

"Saya enggak pandai ceramah, saya enggak pandai ngaji, tapi buat tempat-tempat wisata religi muslim ini menebarkan syiarnya aja," kata Jusuf.

"Dulu saya dagang di Istiqlal, ditolong orang. makanya sekarang saya kembalikan lagi (kebaikan)," tuturnya.

Masjid Babah Alun Desari, memiliki konsep unik yang tak biasa.

Bangunannya dominan berwarna merah menyala, dengan bentuk atap yang melengkung. Masjid ini menggambarkan budaya khas Tionghoa.

Tampilan ala oriental tersebut juga didukung dengan ornamen-ornamen lainnya seperti pintu, jendela, serta tiang-tiang pilar yang berdiri kokoh.

Menurut Jusuf, arsitektur masjid Babah Alun sendiri memang dibuat dengan akulturasi 3 budaya sebagai simbol keberagaman.

Diantaranya budaya Tionghoa, budaya Arab dan budaya Betawi.

Menariknya, kaligrafi-kaligrafi Asmaul Husna di bagian kubah masjid juga dilengkapi dengan terjemahan bahasa mandarin.

Menurut Jusuf, selain untuk menggambarkan keberagaman, kombinasi kaligrafi dengan tulisan mandarin tersebut sekaligus untuk memudahkan para mualaf keturunan Tionghoa dalam mempelajari Asmaul Husna.

TribunJakarta.com
Jusuf Hamka di Masjid Babah Alun Desari, masjid unik dengan bangunan bernuansa oriental. Arsitekturnya diambil dari akulturasi 3 budaya, yakni budaya Tionghoa, Arab, dan Betawi sebagai simbol keberagaman.
 

Sebab, pembangunan masjid ini juga sekaligus salah satu bentuk dirinya dalam menyebarkan syiar Islam khususnya pada sesama keturunan Tionghoa.

"Sebenernya ini keberagaman tujuannya. Kita tau banyak sodara kita, Tionghoa yang baru masuk islam dan ingin masuk islam sehingga jadi mualaf. Biasanya mereka orang Tionghoa ngerti bahasa Tionghoa, tapi gak ngerti bahasa Arab. Sehingga mereka bisa baca pengertiannya itu diatas dalam bahasa Tionghoanya ini. Jadi saya ingin keberagaman ini terjadi pada sodara kita yang Tionghoa," kata Jusuf.

Baca Juga: Hadiah Berlimpah Pangeran Arab Sudah di Depan Mata, Setelah Masjid Mewah, Islamic Center dengan Mall Layaknya Gedung di Abu Dhabi Siap Dibangun di Solo, Gibran Sediakan Lahan di Lokasi Istimewa

"Saya mau sebarkan syiar ke teman-teman keturunan Tionghoa, siapa tau mereka dapat hidayah," imbuhnya.

Masjid Babah Alun Desari sendiri, kata Jusuf dibangun di atas tanah seluas 1000 meter persegi dengan luas bangunan utama masjid sekitar 300 meter persegi.

Pada sisi kanan kiri masjid, ada beberapa fasilitas lain yang disediakan untuk masyarakat.

Diantaranya adalah pojok halal, atau warung UMKM yang menjual makanan dan minuman.

Adapula balai rakyat pada lantai atas sisi kiri masjid yang bisa dipergunakan oleh masyarakat secara gratis.

"Misalnya untuk acara akad nikah, sunatan, pengajian, silahkan. Untuk umat beragama lain juga boleh pake, bukan islam boleh pake asalkan dijaga. Jangan pakai musik hingar bingar, dan kalau ada ritual umat islam pas lagi jam solat, jangan berisik. Terus juga makanan dan minumannya harus terjamin halal, supaya kita bisa saling menghormati," imbuhnya.

Sementara di bagian bawah balai rakyat, merupakan tempat wudhu sekaligus toilet.

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Babah Alun Desari ini, juga menjadi salah satu destinasi wisata religi di Jakarta Selatan yang bisa dikunjungi.

Tepatnya berada di Jalan Mandala II Bawah No.100, RT.4/RW.2, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.(*)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved