Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Catatan Tak Terpinggirkan

Tak Seperti di Antah Berantah yang Gaji Buzzer untuk Menjegal, Pemimpin Sejatinya Jaga Persaudaraan

Maka tugas dan kewajiban setiap pemimpin negeri untuk merawat dan menumbuh kembangkan nilai persaudaraan itu bagi segenap putra putri bangsa

Editor: AS Kambie
Dok Pribadi Aswar Hasan
Dr Aswar Hasan, Dosen FISIP Unhas 

Tulisan opini Aswar Hasan ini dimuat kolom Catatan Tak Terpinggirkan Tribun Timur cetak edisi Rabu, 17 Maret 2021, dengan Ketika Persaudaraan Anak Negeri Tercabik. Opini Aswar Hasan Ketika Persaudaraan Anak Negeri Tercabik ini terinspirasi dari Diskusi Forum Dosen yang digelar online dan offline di Redaksi Tribun Timur, Makassar, Kamis, 11 Februari 2021.

Oleh Aswar Hasan
Penulis adalah Dosen Fisip Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Salah satu kekayaan yang tak pernah habis yang kita miliki selama hidup di dunia adalah sahabat sejati.

Kekayaan materi sebanyak apa pun, akan habis terpakai saat diperlukan tapi seorang sahabat akan selalu ada sampai kapan pun jika kita memerlukannya.

Maka beruntunglah orang yang punya banyak sahabat dan bersyukurlah anda jika dianggap sebagai sahabat.

Hal terindah dari persahabatan adalah memahami dan dipahami tanpa pernah saling memaksa dan ingin menang sendiri.

Mereka pun tidak mesti memiliki persamaan. Persahabatan bukanlah sebuah kesempatan, tapi merupakan tanggung jawab yang manis.

Demikian kata penyair  Khalil Gibran.

Sahabat, laksana saudara kita. Meski pun tidak dilahirkan dari satu rahim yang sama. Dalam konteks itu, “Sesungguhnya orang beriman itu bersaudara” (QS. Al Hujarat:10). Jadi, persahabatan yang sejati itu terjadi, manakala dilandasi dengan kesadaran iman.

Apa sajakah standar sebuah persahabatan itu? Untuk mengidentifikasinya, ada beberapa kriteria diantaranya:

Pertama, mereka saling bantu membantu dan bahu membahu untuk berprestasi dalam kebaikan, tapi saling mencegah dan menghalangi  dalam berbuat dosa dan kemaksiatan (QS. Al Maidah:2).

Kedua, mereka saling menjaga kehormatan masing-masing, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari: “janganlah kalian mencari-cari kesalahan saudara kalian, jangan saling mendengki, saling memusuhi, jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.

Ketiga, sebagai sahabat, senantiasa membuka pintu maaf bagi saudaranya dan selalu berbaik sangka, sebagaimana nasehat Umar bin Khatab: “jangan kalian berprasangka jelek pada suatu ungkapan yang keluar dari mulut saudaramu jika kamu masih bisa mengarahkannya kepada yang benar.

Keempat, mereka saling mendoakan untuk keselamatan masing-masing. “tidaklah seorang  muslim yang mendoakan saudaranya di kejauhan, kecuali malaikat menyatakan kamu pun semoga mendapatkan yang semisal (HR. Muslim).

Itulah kriteria persahabatan dalam persaudaraan  (seiman).

Mereka adalah bersaudara meski tak serahim.

Salah satu dasar keberhasilan Rasulullah,  SAW sebagai pemimpin dalam membangun peradaban adalah berangkat dari keberhasilan beliau mempersaudarakan -memasyarakatkan persahabatan- penduduk Madinah (Suku Aus dan Khasraj).

Dalam bernegara juga dikenal sebuah istilah saudara sebangsa dan setanah air.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved