Arah Baru Peta Politik Sulsel
Citizen Analisis: Jalan Berjejak Andi Amran Sulaiman Menuju Arah Baru Peta Politik Sulsel
Dengan semakin banyak tokoh yang tampil dan digadang, maka rakyat semakin banyak pilihan di arah baru peta politik Sulsel.

Oleh Mulawarman
Jurnalis Senior
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Politik lokal Sulsel beberapa bulan mendatang akan semakin ramai, menuju arah baru peta politik Sulsel.
Tidak hanya disemarakan oleh tampilnya para elite petahana dan pemimpin partai politik, namun patut diperhitungkan dalam arah baru peta politik Sulsel munculnya tokoh alternatif.
Bila publik selama ini seakan ‘digiring’ membicarakan satu dan dua tokoh saja, maka panggung publik di arah baru peta politik Sulsel harus diberi kesempatan lebih terbuka.
Yaitu hadirnya sosok lain yang lebih kredibel, profesional, dan pastinya menjanjikan perubahan dan perbaikan di arah baru peta politik Sulsel.
Dengan semakin banyak tokoh yang tampil dan digadang, maka rakyat semakin banyak pilihan di arah baru peta politik Sulsel.
Politik demokrasi di arah baru peta politik Sulsel pun akan semakin dinamis, produktif, sekaligus juga kompetitif.
Wacana publik pun akan mampu bertransformasi dari ide primordial, politik identitas, menjadi adu ide, gagasan, dan prestasi.
Sesungguhnya publik saat ini sudah cukup cerdas menilai Pemimpin yang amanah, atau hanya bagus di media melalui pencitraannya. Siapa tokoh itu? Siapakah dia yang akan mewarnai arah baru peta politik Sulsel?

Tanpa Interupsi
Sebut saja salah satu tokoh itu adalah Andi Amran Sulaiman.
Siapa yang tak kenal Andi Amran Sulaiman?
Menteri Pertanian RI yang sukses menyelesaikan masa tugasnya selama lima tahun, 2014-2019.
Tanpa interupsi, sebaliknya penuh apresiasi. Puncaknya, keberhasilan Andi Amran Sulaiman memimpin kementerian pertanian diapresiasi oleh Presiden Joko Widodo dengan penghargaan tertinggi, yakni Bintang Mahaputra Pradana pada 11 November 2020 lalu di Istana Negara Jakarta.
Penghargaan ini membuktikan bahwa langkah dan pemikiran Andi Amran Sulaiman selama 5 tahun telah berkonstribusi nyata dan luar biasa bagi keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan Bangsa dan Negara, khususnya dalam bidang pertanian (UU Nomor 20 tahun 2009).
Di sela penghargaannya, mran dengan rendah hati menyampaikan,: “ini adalah penghargaan untuk para petani Indonesia. Saya hanya mewakili para petani kita.”
Begitulah Andi Amran Sulaiman yang publik mengenalnya.
Tetap rendah hati, padahal dirinya sarat dengan prestasi.
Ya, lima tahun membuktikan bagaimana kiprah leadership Andi Amran Sulaiman teruji mengawal reformasi birokrasi dan peningkatan produksi komoditas pertanian nasional.
Paling tidak kita dapat lacak sejumlah capaiannya selama menjadi orang kepercayaan Presiden. Antara lain sukses mengawal reformasi birokrasi internal khususnya dalam pelaporan keuangan hingga diganjar opini Wajar Dengan Pengecualian berturut-turut (2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2015).
Padahal sebelumnya, kerap mendapat sorotan dengan opini disclaimer pada 2006 dan 2007.

Bukti nyata dari peran Satgas pangan sangat jelas.
Stabilitas harga pangan di tingkat konsumen selalu terjaga. Termasuk pada saat hari besar keagaman, seperti lebaran dan natalan.
Hal ini jelas berdampak pada peningkatan taraf hidup kesejahteraan petani khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Harus diakui bahwa praktik kartel pangan ini sudah berlangsung tak kurang 4 dekade, namun mulai di masa Andi Amran Sulaiman kekurangan itu dibenahi.
Politik Daerah
Capaian Andi Amran Sulaiman menjadi modal yang penting baginya untuk melangkah ke jenjang politik berikutnya.
Namun, tidak cukup nama besar di nasional, perlu kerja keras dan rencana matang di tingkat lokal. Yang paling rasional adalah menyiapkan peta dukungan dari Sulsel sendiri. Solid di daerah, khususnya di Sulawesi dan lebih khusus lagi di Sulawesi Selatan, maka dipastikan lebih mudah melangkah ke tingkat nasional.
Namun tantangan Andi Amran Sulaiman sendiri di daerah akan dihadapkan pada peta politik Sulsel yang sangat dinamis dalam beberapa tahun terakhir ini.
Pada beberapa bulan lalu, tulisan saya di koran ini mengulas arah baru politik sulsel dengan munculnya sejumlah anak muda (5 Januari 2021), lebih jauh dari itu, peta politik Sulsel secara keseluruhan sebetulnya melihat kecenderungan situasi yang tengah berubah.
Perubahan itu terutama dikondisikan oleh masyarakat Sulsel yang secara demografis adalah para pemilih rasional. Survey dari Sinergi Data Indonesia (SDI) menyebut tahun lalu menemukan ada 54% masyarakat Sulsel sebagai para pemilih rasional atau sering disebut swing voters.
Karakter pemilih rasional adalah para pemilih bebas, yang ditentukan oleh pertimbangannya sendiri dengan berdasar pada dampak baik sosial maupun ekonomi yang dihasilkan dari sebuah kepemimpinan.
Bila tidak pengaruhnya, maka konsekuensinya tidak akan memilih lagi, sekalipun secara etnik atau agama punya kedekatan dengan seorang kandidat atau partai politik. Fakta Pileg dan Pilkada di Sulsel beberapa waktu lalu menjadi gambarannya.
Pileg 2019 lalu misalnya, khusus di DPRD Sulsel dari 85 anggota DPRD, 54-nya adalah para politisi pendatang baru.
Demikian juga DPRD Kota Makassar, dari 50 anggota, 26 adalah wajah baru. Para politisi inkumbent yang seharusnya dapat memaksimalkan kapital politiknya, nyatanya tidak lagi dipercaya rakyat duduk di kursi DPRD.
Perubahan juga berbanding lurus dengan dukungan masyarakat yang mudah berganti pilihan baik pada kandidat maupun partai politik.
Dari rekapitulasi KPU, Partai politik dengan perolehan suara meski masih dipuncaki oleh Golkar, namun jumlahnya relatif terus menurun.
Pada Pemilu 2004 masih dapat 1,8 juta suara, pada Pemilu kemarin hanya 833.383 suara. Yang menarik adalah dua partai yang baru mulai berlaga pada Pemilu 2009 dan 2014, Gerindra dan NasDem justru berada di urutan kedua perolehan tertinggi. Masing-masing 645.464 suara dan 684.533 suara.
Selain demografi pemilih Sulsel yang dinamis, tak kalah penting adalah mempertimbangkan kultur masyarakat yang sebagian masih memiliki ikatan kuat primordial atau bahkan sebagian terikat dalam hubungan patron klien.
Meski masih jadi fenomena nasional, namun harus diakui Sulsel relatif cukup kuat.
Lihat saja, dari sejumlah kandidat Pileg yang terpilih itu adalah banyak yang punya hubungan kekerabatan dengan para petahanan di daerahnya.
Mereka turut mewarnai arah baru peta politik Sulsel.
Sebagai contoh, Andi Azizah Irma Wahyudiyati (Demokrat), putra Bupati Pinrang Andi Irwan Hamid, A Izman Maulana Padjalangi (Golkar) anak Bupati Bone, A Fahsar M Padjalangi, dan Taqwa Muller (Golkar), adik Bupati Luwu Timur Thoriq Husler.
Sekali lagi, mereka turut mewarnai arah baru peta politik Sulsel.
Konfigurasi masyarakat pada satu sisi dan elit politik baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota akan menentukan arah politik Sulsel yang terus berubah ke depan.
Dan dua kondisi itu memberikan harapan sekaligus tantangan bagi Pemimpin Sulsel ke depan.
Lebih lagi, dengan kasus Nurdin Abdullah ditangkap KPK, publik pastinya memiliki persepsi lain dengan elit politik.
Dan ini berat, pasalnya, sebagai seorang yang digadang bercitra bagus saja, selama ini, nyatanya terlibat korupsi.
Elite harus mampu membuktikan, karena masyarakat ke depan tentu saja semakin membutuhkan figur politisi yang bersih.
Peluang Amran
Meski ini bukan hanya menjadi tantangan politik elektoral Andi Amran Sulaiman ke depan, karena menjadi problem seluruh elite politik di daerah. Termasuk problem di era arah baru peta politik Sulsel.
Namun Andi Amran Sulaiman nyatanya relatif memiliki kapital berlebih untuk memanfaatkan situasi politik Sulsel yang fluktuatif pada satu sisi dan kemampuannya mengelola ekspektasi publik pada pemimpin yang bersih.
Modal Andi Amran Sulaiman itu, paling tidak pada kapasitas dan pengalaman politiknya sebagai tokoh yang dikenal secara nasional.
Hal ini seperti salah satunya dikuatkan oleh hasil Survei Kelompok Diskusi Kajian Opini Publik (KedaiKOPI) yang menyebut kapasitasnya itulah yang membuat Andi Amran Sulaiman sebagai satu-satunya tokoh alternatif dari Indonesia Timur yang berpotensi kuat dalam Politik Indonesia kedepan (Jan 2021).
Nama Andi Amran Sulaiman bersanding dengan tokoh alternatif lain seperti Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Tri Rismaharani, dan Susi Pudjiastuti.
Pengalamannya yang berani memimpin di tingkat nasional, seperti terobosan memberantas mafia pangan, dengan menggandeng KPK, Jaksa dan Kepolisian membuktikan komitmen yang bersih sebagai pemimpin yang bersih. Komitmennya yang tinggi terhadap good and clean government telah teruji.
Politik lokal Sulsel saat ini merindukan sosok yang teruji dalam kepemimpinannya.
Capaian Andi Amran Sulaiman tidak hanya tercatat di media, namun justru dirasakan secara nyata, bahkan hingga ke seluruh nasional.
Pengalaman Andi Amran Sulaiman tak dapat dipandang sebelah mata.
Dan Andi Amran Sulaiman membutuhkan ruang pengabdian yang lebih besar untuk mewadahi semangat, gelora, serta cita-citanya yang besar pula untuk membangun masyarakat dan bangsa yang dicintainya menjadi bangsa dan negara yang mandiri.
Karena itu, langkah Andi Amran Sulaiman harus dimulai Dari Provinsi Sulsel lalu ke Sulawesi, Indonesia Timur, lalu nasional dan selanjutnya melaju ke RI 2. Ewako...(*)